Thursday, March 13, 2014

" TOLOOONG, AMBILKAN MARTIL!"

Ingin aku teriak sekeras-kerasnya.

Gila!

Karena itu ide gila, maka ini tak kulakukan.
Ingin aku martil kepalaku sekuat-kuatnya.
Saat sakit ini datang mendera.
Aku tak ingin gila karena didera rasa sakit ini.
Sakit yang mencengkeram kepala saat migren menyapa
Toh kemarin-kemarin pernah kurasakan juga.
Dan berlalu, artinya kali inipun akan berlalu.

Seakan ini puncak sakit yang kurasakan.
Padahal, dulu aku sering juga sakit gigi.
Dan saat itu aku merasa paling sakit sedunia.
Jadi ini bukan masalah rasa sakit
Tapi persepsi kita tentang rasa sakit itu.

Ya, bukan martil yang ku butuhkan, tapi jarum!
Lho?
Ya, kalau aku ambil martil dan kupukul kepalaku
Wah! bisa masuk koran! Jadi berita heboh!
Dan bisa memalukan anak keturunanku.

Bagaimana dengan jarum?
Segera kuambil jarum akupunktur dan kapas beralkohol.
Di depan cermin, sambil berlinang air mata menahan sakit
Ku tusuk titik-titik tersangka untuk mengurangi sakitnya
Kutambahkan titik anestesi untuk mengistirahatkan syaraf
Dengan disaksikan tatap kasihan suami
Lalu aku berbaring, kutambah tusukan di perut untuk menghilangkan mual.

Kubaringkan tubuh dan otakku
Berusaha untuk tidak memikirkan sakit ini
Coba terlelap walau sejenak.
Suami menjagaku agar tidurku tertib
Bagai ada alarm, saatnya mencabut jarum aku terjaga.

Ya Allah, kumohon kesembuhan hanya padaMu
Sesungguhnya Engkaulah yang menyembuhkan
Ini hanya ikhtiarku, dengan izinMu
Jadikan rasa sakit dan kesabaran yang kuupayakan
menjadi perkenanMu menghapuskan dosa-dosaku

Apapun ikhtiar yang kita lakukan
Tetap saja butuh proses untuk mencapai kesembuhan
Dengan izin Allah, pastinya
Bahwa kita, tak ada kuasa sedikitpun, bahkan terhadap diri sendiri

Inilah saat tepat untuk membangun empati terhadap orang sakit
Jangan mudah mencela ketika mereka berteriak untuk ungkapkan rasa
Saat tepat mengingatkannya pada kuasa Allah dengan kelembutan

No comments:

Post a Comment