Monday, March 10, 2014

NIKMATI SAJA?

"Mi, tolong tangani pasien Abi, sepertinya lebih pas dengan akupunktur," suara suami memaksaku mengalihkaan pandang dari layar laptop.

"Laki-laki atau perempuan?"

"Bapak-bapak, usia 49 tahun."

"Keluhannya?"

"Nyeri pinggang, tapi setelah Abi chek, bukan masalah otot atau urat."

Aku bangkit, mengekor suami ke ruang praktek setelah melengkapi diri dengan jilbab rapi dan kaos kaki.

***

Setelah kuanggap cukup wawancara untuk menentukan diagnosa, segera kukenakan sarung tangan dan masker. Kutekan titik-titik yang kucurigai sambil memperhatikan reaksi pasien.

"Sudah sepuluh tahun, Mi, ginjal saya diangkat satu."

"Sebabnya?"

"Batu ginjal, tapi yang masih tinggal fungsinya bagus, berdasarkan hasil pemeriksaan lab."

"Di diagnosa hepatitis C, kapan?

"Lima tahun yang lalu."

"Valid?"

"Ketahuan waktu general check up tahunan. Heran, Mi?"

Aku hanya tersenyum, kutunggu keterangan selanjutnya.

"Dokter saya juga bilang, daya tahan tubuh saya termasuk yang istimewa, pasien lain kondisinya lebih buruk, bahkan ada yang sudah meninggal."

"Aktifitas kesehariannya gimana, Pak?"

"Biasa, Mi. Saya tetap ke kantor, bergaul dan lain-lain, tapi memang tak sebebas orang lain."

"Maksudnya?"

"Semua harus terjaga, makanan nggak boleh sembarangan, istirahat harus memenuhi kebutuhan, pikiran juga harus ditata, emosi harus terkendali."

"Sangat menyiksa tentunya?"

"Alhamdulillah, sejak ikut kajian rutin selama tiga tahun ini, saya merasa ujian penyakit ini justru melatih kesabaran. Bagaimana saya harus bersabar mengikuti pola makan yang mungkin bagi orang lain sangat membosankan, harus menahan diri dari semangat menggebu untuk melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan tubuh, mengendalikan pikiran agar tidak menjadi beban, mengendalikan emosi agar jiwa selalu tenang."

"Subhanallah."

"Terkadang, saya merasa hidup kok seperti ini, nggak bisa berbuat lebih banyak lagi, merepotkan istri dan sebagainya, tapi Allah selalu menuntun saya untuk selalu bersyukur, manikmati karunianya. Seperti kemarin, ketika terapi dengan Abi, bertemu pasien Umi, masih muda sudah kena stroke, masyaallah, beruntunglah saya. Walaupun dengan sederet penyakit di tubuh saya, tapi saya masih bisa lebih banyak melakukan hal-hal positif yang lebih mendekatkan saya dengan Allah."

"Sering kambuh, Pak?"

"Seminggu yang lalu saya masuk rumah sakit, ngdrop. Alhamdulillah, masih selamat. Makanya saya mau terapi akupunktur sebagai rasa syukur, walaupun sebenarnya saya takut jarum."

"Semangat bapak ini yang membedakan dengan pasien yang sejenis. Mudah bagi Allah untuk menyembuhkan siapa yang diinginkanNya, tetapi dengan sakit, Allah ingin melihat kualitas para hambaNya, dengan sakit Allah memberikan karuniaNya berupa pengampunan bagi yang bersabar dan bersyukur. Artinya, dengan sakit ini Allah memberi kesempatan Bapak untuk memperoleh derajat yang tinggi di hadapanNya."

"Benar, Mi. Terimakasih sudah diingatkan."



No comments:

Post a Comment