“Husna, tolong ambilin bendera di kamar atas!”
“Yang besar, sedang apa yang kecil, Mi?” tanya Husna dari
kamar atas.
“Yang sedang.”
Husna turun membawa bendera yang ku maksud.
“Nih, Mi.”
“Tolong kasih ke Abi, biar sekalian di pasang di kayunya.”
“Kok nggak yang besar atau yang kecil, Mi?” tanya Husna.
“Gambarnya sama nggak?”
“Ya sama sih. Kan keren kalau bawa yang besar,” jawabnya
sambil memperhatikan Abi memngikat bendera di kayu kecil seukuran tongkat.
“Kita bawa sesuatu harus disesuaikan dengan keperluannya,
bagaimana cara membawanya, kekuatan yang membawanya, Husna tau bendera ini mau
untuk apa?”
“Umi dan Abi mau kampanye kan?”
“Untuk apa Umi dan Abi kampanye bawa bendera?”
“Ya biar ketahuan, Umi dan Abi mau kampanye apa, identitas
gitu loooo.”
“Bawa benderanya pake apa, naik apa?”
“Ya motor jadul itukan? Kecuali Abi dah beli mobil,” ha ha
Husna nyindir.
“Kalau bendera Umi pegang di belakang, motor jalan,
kira-kira berkibar nggak?”
“Kalau terbuka ya berkibar tertiup angin. Kan kalau naik
motor anginnya lebih kenceng daripada kalau diam di tempat.”
“Kalau benderanya tergulung ya nggak berkibar, tapi
gambarnya nggak kelihatan, sedang tujuan membawa bendera supaya semakin banyak
orang melihat gambar bendera ini.”jelasku.
“Apa hubungannya dengan ukuran bendera, Mi?”
“Semakin besar bendera, semakin besar kibarannya, semakin
besar energi yang menarik ke belakang, semakin kuat Umi harus memegangnya,
semakin lambat motor melaju karena berlawanan arah dengan kibaran bendera,”
jelasku panjang lebar.
“Oo, itu tho kenapa pake bendera yang ukuran sedang.”
“Betul-betul-betul,” jawabku menirukan gaya Upin Ipin.
No comments:
Post a Comment