Monday, March 17, 2014

PEMILIH CERDAS

"Barusan ada yang bagi-bagi gelas dengan stiker di RT kita, Umi dapat?" kata ibu Ida, saat pertemuan PKK.

"Ada, tadi Umi lagi nggak di rumah, tapi di depan pintu menemukan itu."

"Kemarin ada yang bagi kalender, Mi. Ada gambar caleg," ibu Ana menambahkan.

"Waah, macam-macam yang dibagi, maklumlah, masa kampanye." kata ibu Yuni.

"Gimana, Mi? Boleh kita terima?"

"Kalau diberi, ya terima saja, kan rizki," jawabku sambil senyum.

"Walaupun kita nggak milih mereka?"

"Waktu memberi, mereka mensyaratkan nggak? Boleh diambil asal memilih mereka?"

"Ya nggak sih, Mi. Cuma kan kita tahu, maksud pemberian mereka."

"Baiklah ibu-ibu, pertemuan kali ini kita gunakan untuk membahas masalah memilih dengan cerdas."

***
Setiap calon punya tujuan untuk menjadi pemimpin. Apa tujuan mereka sangat tergantung pada idealisme yang mereka pegang. Ada orang-orang yang ingin menjadi pemimpin agar mendapat peluang sebanyak-banyaknya untuk mengembangkan bisnis, memenuhi kepentingan kelompok dan keluarganya tapi ada juga yang mencalonkan diri karena ingin andil dalam proses perbaikan negeri ini.

Sebagai calon, wajarlah kalau mereka bersosialisasi memperkenalkan diri dan visi misinya, yang biasa kita sebut kampanye, dengan berbagai cara sesuai kreatifitas mereka, tujuannya, sebanyak-banyak masyarakat mengenal dan memilihnya. Mungkin nggak kalau kampanye dengan cara yang tak disukai masyarakat? Jadi wajar saja kalau mereka menunjukkan kebaikannya pada saat kampanye.

Kita sebagai masyarakat, calon pemilih, seharusnya mencermati calon-calon itu. Bagaimana kehidupan mereka selama ini, apakah berakhlak dan memperhatikan kepentingan masyarakat ataukah mereka manusia-manusia egois yang tiba-tiba menjadi manusia baik saat kampanye.

Jangan sampai kita memilih mereka karena hanya diberi gelas, kalender atau suvenir. Suara kita sangat berharga untuk menentukan nasib bangsa kita ke depan, karena pemimpin yang terpilihlah yang akan membuat kebijakan yang akan diberlakukan pada kita.

Kalau kita tidak mengenali calonnya dengan baik, kenali partai yang mengusungnya.

Kita juga harus cerdas mencerna informasi dari media, tidak semua yang diberitakan itu obyektif, karena pada kenyataannya media sekarang jarang yang netral.

***
"Jadi terima aja, Mi pemberian mereka?"

"Selama tidak ada perjanjian harus memilih mereka, terima saja, anggap itu hadiah dari mereka, he he."

"Kalau kita sreg dengan mereka?"

"Kalau memang calon itu layak jadi pemimpin, ya dukung, pilih, mereka memberi sesuatu pada kita atau tidak. Intinya, kita memilih mereka karena mereka layak memimpin kita."

No comments:

Post a Comment