Thursday, March 13, 2014

SUDAH TUA BANGET YA?

"Mi, umur 49 tahun tuh dah tua banget, ya?" tanya Hany, saat mengantarkan makan siang ke tempat tidurku.

"Kenapa memang?" tanyaku, menebak-nebak arah pembicaraannya.

"Ya, Umi kan umurnya 49 tahun, Hany perhatikan kok sering sakit."

"Ow, mungkin bukan semata-mata karena umur. Coba liat di TV, banyak orang umur enam puluhan masih enerjik, sehat, nggak gampang sakit."

"Trus di mana masalahnya?"

"Banyak faktor yang menyebabkan kualitas hidup seseorang berbeda, misalnya masalah  gaya hidup. Orang yang gaya hidupnya seimbang, insyaAllah akan sehat."

"Seimbang gimana, Mi?"

"Antara kebutuhan makan, istirahat dan bekerja seimbang, sesuai kebutuhan tubuh dan usia. Juga seimbang dalam mengelola emosi dan fikiran."

"Memang Umi nggak menjalankan pola hidup seimbang?"

"Tidak mudah bagi Umi. Kondisi yang ada menyulitkan untuk hidup seimbang."

"Umi nggak sedang excuse kan?" Hany ngomong sambil nyengir.

"Wuih gayanya yang sudah baca buku No Excusenya pak Isa?" sindirku.

"He he, kan baca gunanya untuk dipraktekkan yang baiknya?" jawabnya, diplomatis.

"Ya, mungkin Umi banyak alasan. Umi sudah mengandung dan melahirkan dengan jalan normal sebanyak tujuh kali, Al Quran sendiri mengatakan mengandung dan melahirkan itu kondisi yang berat dan bertambah berat. Umi menyusui selama 6 x 2 tahun, dengan segala kerepotan yang ada membuat Umi kurang memperhatikan pemenuhan gizi untuk diri sendiri, yang terfikir saat itu bagaimana memenuhi kebutuhan anak.  Istirahat? Bisa dibayangkan istirahatnya sorang ibu dengan anak-anak kecil yang terkadang sakit bersamaan, belum lagi aktifitas lain, ya organisasi, dakwah juga sedikit-sedikit mencari nafkah. Olah raga? Ha ha ha, olah raga Umi ya lari ke depan belakang membereskan rumah, nyuci, ngepel, masak."

"Jadi Umi nrima dan pasrah aja dengan kondisi seperti ini?" tanya Hany dengan nada protes.

"Kalau sedang sakit begini, ya nrima aja, berusaha ridho, ambil sisi baiknya. Perbanyak istighfar, jadikan sakit sebagai upaya pembersihan diri dari dosa-dosa, juga untuk lebih banyak bersyukur, karena sakitnya jauh lebih sedikit dari sehatnya, evaluasi diri dan mencegah jangan sampai sakit lagi, walaupun sulit, setidaknya mencegah pemicunya. Juga saat yang tepat menikmati perhatian dan kasih sayang anak-anak, he he."

"Umi kalau mau diperhatiin dan disayangi anak, ya nggak usah pake sakitlah.Walaupun Umi nggak sakit, anak-anak selalu sayang sama Umi." Hany menjawab, tanpa berusaha menutupi rasa harunya.

"Sakit Umi nggak banyak, hanya saja kalau nggak di cegah, ya akan sering kambuh.

"Umi sudah tahu cara mencegahnya, kenapa nggak dilakukan?"

"Umi sadar, sering nggak adil sama diri sendiri, terlalu mendahulukan orang lain. Dalam kondisi sakitpun, kalau masih mungkin berdiri, saat ada pasien datang, Umi akan berusaha menolongnya. Kasihan, sudah jauh-jauh datang, kalau sampai sini nggak mendapat pertolongan."

"Ya ditunda dulu, Mi?"

"Umi sedang sakit, tau betul rasanya bagaimana kalau tidak segera di tolong. Bersyukur Umi, kalau sakit bisa  akupunktur sendiri walau nggak sempurna, minum herbal buatan sendiri, ada Abi yang bisa memijat, ada anak-anak Umi yang siap melayani, belum tentu lho pasien itu mendapat apa yang Umi dapat di rumahnya, makanya mereka ke sini."

"Iya, juga ya." Hany bergumam.

"Umi berharap, dengan meringankan sakitnya pasien, Allah berkenan menyegerakan kesembuhan Umi."

"Amin."


No comments:

Post a Comment