Friday, October 5, 2018

Refleksi dari Kesadaran

Bencana dahsyat kembali beruntun menyapa negeri yang konon kaya raya ini.

Belum selesai penanganan gempa Lombok yang diperkirakan butuh waktu yang tidak sebentar, Palu dan Donggala kembali luluh lantak diguncang bencana. Bukan sekedar gempa, tapi juga tsunami dan bumi terbelah.

Mendengar dan menyaksikan beberapa video yang beredar di medsos, seketika saya teringat beberapa ayat Al Qur'an yang bercerita tentang peristiwa hari kiamat.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,

-Surat Az-Zalzalah, Ayat 1

وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا

dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,

-Surat Az-Zalzalah, Ayat 2

وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ

dan apabila lautan dijadikan meluap,

-Surat Al-Infithar, Ayat 3

Tiga ayat yang menceritakan sebagian kejadian di hari kiamat, dan itu baru saja ditunjukkan dalam bentuk nyata di tempat yang sebagian kita langsung mengalaminya dan yang lain mendengar kabarnya.

Adakah yang tidak timbul perasaan takut dalam dirnya?

Jujur! Saya takut...sangat! Bahkan itu berefek dalam sikap saat mengamati banyak hal.

Hari-hari belakangan ini, ada perasaan yang berbeda saat menyaksikan hujan turun, apalagi disertai suara petir. Ada perasaan mencekam yang tidak bisa dihilangkan segera atau diabaikan begitu saja.

Saat mendapat giliran mati listrik, pikiran menerawang, membayangkan suasana kegelapan di dalam kubur.

Saat memandang anak-anak...bagaimana nasib mereka nanti? Sudah cukupkah kami membekalinya? Allah, paranoidkah saya?

Tidak! Hal-hal menakutkan ini tidak boleh dibiarkan menyiksa!

Benar! Allah sedang mentarbiyah kita dengan cara yang dikehendaki-Nya. Pelajaran apa yang harusnya kita pahami?

Allah sedang menunjukkan kekuasaan-Nya yang tiada banding,... mungkin selama ini kurang kita perhatikan.

Allah sedang menunjukkan sedikit gambaran kedahsyatan hari kiamat,...yang mungkin selama ini kita ragukan

Allah sedang mengingatkan bahwa....suatu saat kita akan mati, dan tidak bisa menghindar darinya.

Allah sedang mengingatkan,...sudah seberapa bekal yang kita siapkan untuk bertemu dengan-Nya?

Lalu, apa refleksi dari pemahaman itu?

Sebuah kesadaran bahwa manusia tidak layak sombong, seberapapun kelebihannya dibanding manusia lain. Sebegitu mudah Allah mencabut segala kekuasaan, kelebihan dan semua hal yang membuat sombong. Merendah...merendah...dan merendah, karena sesungguhnya orang yang tinggi derajatnya di hadapan Allah adalah manusia yang paling menghamba, merendah di hadapan-Nya.

Selalu berdzikir dalam setiap kondisi. Setidaknya perbanyak istighfar dan tahlil (laa ilaha ilallah). Dzikir lisan kalau memungkinkan dan dzikir batin yang bisa dilakukan di manapun dan kondisi apapun. Mengapa harus berdzikir terus menerus?

Karena kita tidak tahu, kapan kehidupan kita di dunia, berakhir. Semoga tahlil yang sering kita ucapkan semakin meningkatkan keimanan dan istighfar yang dikabulkan, akan menghapus dosa-dosa.

Selalu berada di jalan yang diridhoi-Nya. Meninggalkan  dengan sekuat tenaga, maksiat yang disadari dan terus meningkatkan amal sholeh semampunya. Bukankah kita ingin husnul khotimah, berakhir dalam kebaikan?

Berfikir kreatif untuk menjadikan detik-detik kehidupan kita, penuh berkah.

Allah akan selalu menggiring hamba-Nya dengan situasi yang membuat sang hamba mendekat kepada-Nya dengan ketaatan.

Memang, ketakutan itu tidak otomatis lenyap, itu manusiawi, tetapi ketakutan yang mengingatkan pada ketaatan.

Ittaqillah!