Tuesday, September 6, 2022

SOSIALISASI DAMPAK BULLIYING

Oleh: Maritsa Hany Aulia & Virliyati Afiyah Intani

Perilaku bullying sebenarnya sudah sangat meluas di dunia pendidikan, tanpa terlalu kita sadari bentuk dan akibatnya. Dalam paparan selanjutnya, penulis akan menulusuri beberapa sumber untuk melihat lebih jauh karakteristik pelaku, mitos dan fakta tentang bullying, serta bagaimana menghadapinya, baik bagi korban, siswa lain yang menonton, maupun bagi pihak sekolah atau orang tua. 

Berdasarkan latar belakang diatas, dan informasi hasil survey yang pernah dilakukan, dapat dirumuskan permasalahan yaitu, Kurangnya Pemahaman tentang konsep Bulliying pada santri di Pondok Pesantren As Syidiqia Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Kemudian Tim KKN prodi Psikologi, yang merupakan bagian dari KKN Universitas Muhamadiyah Lampung yang bertugas di desa Bagelen, kecamatan Gedong Tataan kabupaten Pesawaran, membuat program dengan tujuan sosialisasi dan bagaimana pendekatan dalam menyelesaikan kasus bullying.

Dalam kegiatan pengabdian ini, metode yang digunakan adalah dengan model penyuluhan dan dialog interaktif sehingga selain memberikan informasi tentang pemahaman bullying sebagai upaya mencegah terjadinya tindak pidana kekerasan, santri juga ikut aktif dalam dialog agar tidak merasa bosan sehingga terjalin komunikasi yang baik. 

Mahasiswa KKN Universitas Muhammadiyah Lampung mengadakan sosialisasi Bullying (Perundungan) di Pondok Pesantren As Syidiqia pada Tanggal 2 Agustus 2022 dengan pemateri mahasiswa KKN prodi Psikologi. Dimaksudkan di sini agar para santri terhindar dan mampu mencegah perundungan. diharapkan juga siswa bisa membantu teman yang mengalami perundungan.

Bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat. Tujuan dari bullying ini untuk menyakiti orang lain dan dilakukan terus menerus. Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut penindasan atau risak. Kasus bullying ini sering terjadi di Indonesia. Contohnya saja kasus penindasan di sekolah.

Bullying adalah perilaku yang membuat seseorang (korban) merasa tidak nyaman baik secara fisik maupun verbal.

Aksi bullying ini merugikan korban hingga mempengaruhi psikisnya. Fenomena bullying menyebabkan pelaku bertindak semena-mena pada korban, bahkan beberapa kasus memakan korban jiwa. 

Beberapa jenis bulliying:

1.Verbal Bullying/ Perundungan Verbal

Perundungan verbal atau verbal bullying biasanya berupa kalimat kasar atau ejekan yang ditujukan pada seseorang.

2.Bullying Fisik

Biasanya perundungan fisik adalah salah satu dari jenis bullying pada remaja yang paling mudah dikenali. Sering kali, yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar.

3.Bullying dunia maya/Cyber Bullying. Faktanya, bullying tak hanya terjadi di dunia nyata saja. Sekarang ini, bullying di dunia maya atau cyber bullying umum terjadi. Artinya, tidak dilakukan di lingkungan sekolah atau kehidupan sehari-hari secara langsung.

4.Bullying seksual. Jika anak Anda sudah memasuki usia remaja awal, jenis perundungan ini lebih mungkin dialami. Pelaku perundungan akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual. Tak hanya itu, jenis perundungan seksual pada remaja adalah jenis perundungan dengan cakupan yang cukup luas. 

Upaya cegah bullying

1. Mengembangkan budaya relasi atau pertemanan yang positif. 

2. Ikut serta membuat dan menegakkan aturan sekolah terkait pencegahan bullying. 

3. Ikut membantu teman yang menjadi korban. 

4. Memahami dan menerima perbedaan tiap individu di lingkungan sebaya. 

5. Saling mendukung satu sama lain.

Kalau kita perhatikan, baik secara langsung maupun dari berita yang beredar, faktanya bulliying masih sangat banyak terjadi di sekolah. Mengapa hal itu masih terjadi?

Beberapa alasan kasus bullying di sekolah ini tetap terjadi antara lain:

Pertama, efeknya tidak tampak secara langsung, kecuali bullying dalam bentuk kekerasan fisik. Akan tetapi, ini pun tidak terendus karena banyak korban yang tidak mau melaporkan kekerasan yang dialaminya, entah karena takut, malu, diancam atau karena alasan-alasan lain. 

Kedua, banyak kasus bullying yang secara kasat mata tampak seperti bercandaan biasa khas anak-anak sekolah atau remaja yang dikira tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan-ejekan dan olok-olokan verbal termasuk dalam kategori ini. Banyak orangtua dan guru yang mengira bahwa teguran saja mungkin sudah cukup untuk menyelesaikan bercandaan bocah- bocah itu. Padahal luka psikis dan emosional yang dialami korban kekerasan verbal itu jauh lebih dalam dan menyakitkan. 

Ketiga, sebagian orangtua dan guru masih belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bullying dan dampaknya bagi kehidupan anak. Sehingga sebagian orangtua dan guru benar-benar tidak tahu bahwa ada masalah serius disekitar mereka. 

Apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan kasus bulliying di sekolah, mengingat hal itu tidak kondusif untuk proses belajar siswa?

Perlu adanya mekanisme penyelesaian khusus kasus bullying yang terjadi di sekolah, seperti menyelenggarakan semacam konferensi komunitas, membuat bentuk penalti non-fisik atau sanksi seperti menarik hak-hak atau fasilitas yang diterima siswa atau skorsing dan pemecatan.

Dampak Bullying 

Bullying berdampak pada kesehatan mental terutama pada anak-anak dan remaja.

Dampak Bullying bagi Korban: 

Memicu depresi, stress, gangguan kesehatan mental, sampai memicu kemarahan, juga bisa menurunkan tingkat kecerdasan dan kemampuan analisis anak-anak. Remaja dan anak-anak yang mendapat perilaku bullying akan menurun secara akademik dan memilih mengasingkan diri. Paling fatal dari kasus bullying adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh korban. 

Dampak Bullying pada pelaku:

Perilaku berubah menjadi agresif, menyukai kekerasan, mudah marah, impulsif, dan toleransi rendah, kurang berempati dan lebih menyukai mendominasi orang lain. Pelaku merasa harga diri tinggi dan percaya diri. Menyukai kekuasaan untuk merendahkan orang lain 

Dampak bagi yang Menyaksikan:

Jika dibiarkan terus-menerus, penonton yang menyaksikan bullying merasa bahwa perilaku tersebut dianggap biasa. Penonton akan berpikir bahwa perilaku ini bisa diterima secara sosial, bahkan bisa meniru perilaku terutama anak-anak. Para penonton memilih menjadi penindas karena takut mereka akan menjadi korban selanjutnya. Sedangkan beberapa orang memilih diam tanpa bertindak atau menghentikan aksi bullying tersebut.

Penutup.

Kita semua ingin lingkungan aman, nyaman, dan menyenangkan sehingga, kita bisa bebas belajar dan berkreasi. Dampak perundungan ini sangat berat bagi korban, pelaku, guru, maupun orang tua karena lebih bersifat psikis dan emosional. Efeknya tidak dapat langsung terlihat dan prosesnya bisa berlangsung lama dan perlahan. Untuk itu kita perlu mengenal apa itu perundungan, di mana saja terjadinya, dampaknya, dan bagaimana mencegah serta memberi dukungan kepada teman yang mengalami perundungan. Semoga kalian menjadi remaja-remaja utama  yang selalu bahagia, berprestasi, dan juga peduli.

Berdasarkan pengamatan selama melakukan pengabdian, tim melihat keseriusan dan antusiasme peserta dalam mengikuti penjelasan mengenai sosialisasi school bullying sebagai upaya preventif terjadinya tindak pidana kekerasan di Pondok Pesantren As Syidiqia Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran .

Peserta juga aktif dalam menanggapi dan merespon penjelasan pemateri. Tim pengabdian memberikan saran agar kegiatan sosialisasi mengenai sosialisasi bullying sebagai upaya preventif terjadinya tindak pidana kekerasan di Pondok Pesantren As Syidiqia dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten serta melibatkan instansi yang terkait karena selama ini jarang sosialisasi tentang tema tersebut.