Tuesday, March 4, 2014

HILANG

"Kenapa Umi nangis?" Harish memandang manik mataku, menanti jawaban sambil kedua tangannya memegang pipiku.

Seperti biasa, setelah kuucap salam, Harish selalu duduk dipangkuan sampai aku selesai berdzikir.

"Kenapa Umi sedih?" tanyanya lagi sambil mencium pipiku.

"Umi sedih, hafalan Umi banyak yang hilang." jawabku tanpa berusaha menyembunyikan kesedihan dan air mata.

"Siapa yang ngilangin?" oooh polosnya anakku.

Tak sanggup aku menahan senyum mendengar pertanyaannya.

"Hafalan Umi banyak yang hilang karena jarang mengulang-ulang."

"Makanya, Mi, hafalannya diulang yang banyak." Uuuuuh sok dewasa banget.

Kupeluk erat Harish, Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, jadikan semua anak-anak hamba qurrota 'ayun, penyenang hati, penghibur saat gundah dan pengingat dikala lupa, amin.


No comments:

Post a Comment