Monday, March 24, 2014

PENGARUH CARA PANDANG DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

Hidup adalah rangkaian dari keputusan-keputusan yang kita ambil.

Dalam setiap fase kehidupan, kita dituntut untuk mengambil keputusan, sadar ataupun tidak.

Ketika akan makan, kita mengambil keputusan mau makan apa, beli di mana, dan sebagainya.

Mau mandi kita mengambil keputusan mau pakai baju yang mana?

Pendeknya, semua yang kita lakukan adalah hasil keputusan yang kita ambil.

Begitu halnya di masa menjelang pesta demokrasi ini. Sebagai warga negara kita mempunyai hak untuk menentukan siapa yang kita inginkan menjadi orang-orang yang nantinya diharapkan mengurus negara, sayangnya, kita dibatasi untuk memilih hanya orang-orang yang mampu memenuhi syarat sesuai aturan yang berlaku, terlepas setuju atau tidak dengan syarat-syarat dan aturan tersebut.

Satu hal yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita adalah warga yang akan terimbas oleh aturan-aturan yang akan dihasilkan para pemimpin yang terpilih.

Saat ini kita tentunya sudah memikirkan, keputusan apa yang akan kita ambil dan lakukan, dan apapun keputusan kita, tentunya dipengaruhi oleh cara pandang kita terhadap politik, karena pemilu merupakan salah satu agenda politik yang menentukan seperti apa negara ini akan dikelola.

Kalau kita memandang bahwa politik semata-mata untuk mencari kekuasaan dengan segala macam cara,  yang dengan kekuasaan itu yang bersangkutan memenuhi kepentingannya, wajar kalau orang-orang yang masih mempunyai idealisme tidak ingin terjun dan ikut mencari kekuasaan itu.

Kalau kita memandang para calon adalah orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, wajar kalau malas memilihnya, tapi apa solusinya? Benarkah dari sekin banyak calon tidak ada yang layak? Apakah lebih baik kita tidak memilih atau memilih dan berusaha mencari yang terbaik dari yang kita anggap buruk? ( walaupun jika dibandingkan dengan diri sendiri, mungkin tidak berani mengatakan, "saya lebih baik dan lebih bisa memimpin."). Yang jelas, kita memilih atau tidak, pemilu tetap berlangsung, pemimpin baru akan terbentuk dan kita siap menerima kebijakan mereka.

Kalau kita memandang, pemimpin muncul dari kondisi masyarakatnya, pemimpin merupakan cermin masyarakatnya, maka kita akan berusaha memunculkan pemimpin yang mencerminkan masyarakat yang baik, dan itu ada, tapi mungkin lebih sedikit. Dan kita akan memperbanyak suara untuk calon itu.

Kalau kitta memandang sistem yang ada kurang baik bahkan buruk, maka pertanyaannya, apakah akan kita biarkan keburukan itu? Untuk mengubahnya kita butuh sebanyak-banyaknya pemimpin yang relatif lebih baik.

Kalau kita memandang, untuk mengubah keburukan dan membangun kebaikan butuh tangan kekuasaan, maka perbanyaklah kekuasaan untuk orang-orang yang menebarkan kebaikan.

No comments:

Post a Comment