Sunday, March 9, 2014

KHUSYUK ITU . . .

"Mi, kapan saya bisa ibadah dengan khusyuk ya? Sampai sekarang kok masih sulit banget untuk merasakan khusyuk," i"bu Dewi tampak lesu, duduk di hadapanku.

"Apa kendalanya, Bu?"

"Banyak, Mi. Anak-anak yang masih kecil, banyak masalah, suasana yang berisik, aah, banyak lagi."

"Bu Dewi sudah faham yang dimaksud dengan khusyuk?"

"Ya, kira-kira aja ya, Mi. Menurut saya khusyu itu perasaan nyaman, tenang dan nikmat saat mengingat Allah, mmm, betul nggak, Mi?"

"Nggak salah-salah amat, tapi kalau kita merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia online, khusyuk berarti penuh penyerahan dan kebulatan hati; sungguh-sungguh; penuh kerendahan hati."

"Benar, Mi, ketika saya merasakan khusyuk, benar-benar saya merasa pasrah kepada Alah."

"Dan rasanya?"

"Nikmat sekali, Mi. Ada rasa desir di hati yang tak bisa diceritakan, biasanya airmata terus menetes."

"Khusyuk adalah aktifitas hati, hanya yang bersangkutan yang memahami dan merasakannya, tapi hati yang khusyuk akan tercermin dalam sikap kesehariannya."

"Jadi walaupun orang lain tidak merasakan kekhusyukannya, tapi merasakan dan bisa menyaksikan efeknya ya,Mi?"

"Sepertinya begitu. Apa untuk bisa khusyuk Bu Dewi harus dalam suasana sepi?"

"Mmm, seringnya begitu, Mi."

"Oo, artinya memang beda-beda ya? Kalau Umi nggak harus, kadang-kadang suasana sepipun sulit khusyuk ketika fikiran sulit diajak fokus. Lain waktu, dalam situasi ramaipun bisa khusyuk, misalnya, ketika dalam kegiatan pengajian, hati tersentuh dengan salah satu poin dari tema yang sedang di bahas, saat itu hati terasa tunduk merendahkan diri di hadapan Allah, desir itu muncul, nikmat dan tenang sekali."

"Artinya khusyuk nggak hanya waktu sholat ya, Mi?"

"Kalau khusyuk itu sebagai tanda mengingat Allah, bukankah Allah perintahkan kita untuk mengingatnya dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring, artinya setiap saat? Bukan hanya saat sholat atau saat di masjid, tapi di setiap saat dan tempat."

"Gimana bisa khusyuk di tempat pesta, Mi?"

"Pandai-pandailah menghadirkan hati. Ketika di tempat pesta, begitu banyak hal yang tidak bermanfaat dilakukan, kita bisa tidak melakukannya, bersyukur diberi tameng oleh Allah untuk tegas menolak hal-hal yang sia-sia."

"Kalau dalam situasi lain, Mi?"

"Dalam musibah, ada kepasrahan pada kehendak dan kekuasaanNya. Dalam limpahan kenikmatan yang diterimanya, ada rasa syukur yang selalu dipanjatkan."

"Indah banget, Mi, kalau bisa seperti itu?"

"Sangat! Kuncinya ada pada menghadirkan hati, ingat dan tunduk di hadapan Allah."



4 comments: