Monday, March 3, 2014

KACAMATA

"Mi, kacamata itu ada kacanya ya?" tanya Harish (4 tahun) yang sedang memegang kacamata terapi sambil bermain sepeda roda tiganya.

Kualihkan pandangan dari monitor laptop, mencoba menebak ke arah mana kelanjutan pertanyaannya.

"Iya, kacamata dipakai untuk mata."

Harish diam, sambil membolak balik barang yang dipegangnya, kemudian menunjuk kacamata yang sedang kupakai.

"Kacamata Umi ada kacanya ya?"

Kulepas kacamata dan kuulurkan padanya untuk diamati.

"Ada?" tanyaku.

"Iya, ada." jawabnya sambil menyerahkan kacamata.

Kuperhatikan dia masih berfikir, diam.

"Kalau itu ada kacanya nggak?" tanyaku sambil menunjuk kacamata yang sedang dipegangnya.

"Nggak ada," jawabnya sambil senyum, ah, senyum yang menggambarkan sebenarnya dia belum begitu faham.

"Jadi namanya apa?"

"Nggak kacamata." jawabnya, mencoba neghilangkan keraguannya.

Kuraih Harish agar lebih mendekat, kugegang bahu dan kutatap matanya lembut.

"Harish, ini memang tidak pakai kaca, tapi karena bentuknya seperti kacamata dan dipakai untuk mata, tetap saja namanya kacamata, tapi karena gunanya untuk terapi, untuk mengobati kita boleh tambah namanya jadi kacamata terapi, atau kacamata obat."

Harish tersenyem lebar, menandakan dia sudah faham, tapi tetap saja dia ingin lebih yakin.

"Ini kacamata obat ya, Mi?"

"Ya." jawabku sambil memeluknya.

No comments:

Post a Comment