Tuesday, March 18, 2014

CERDAS ITU . . .

"Mi, cerdas itu apa sih?" tanya Hafa.

"Hmm, apa ya? Husna, cerdas itu apa?" kulemparkan pertanyaan pada Husna.

"Na di utus mewakili sekolah untuk olimpiade matematika, itu karena cerdas bukan, Mi?"jawab Husna, malah balik bertanya.

"Ya, itu salah satu contoh kecerdasan logika matematika, yaitu kemampuan dalam memecahkan masalah. Orang yang cerdas logika matematikanya mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Dia mengerti pola hubungan, dia mampu melakukan proses berfikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil, dan sebaliknya."

"Kalau seperti Umi, bisa bercerita dengan tulisan sehingga yang membaca mengerti, itu kecerdasan apa, Mi?"

"Nah kalau itu contoh kecerdasan linguistik, yaitu kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan," jelasku. Hmm, seperti memberi kuliah saja, tapi nggak apa-apa deh.

"Mi, kalau seperti Harish, suka nonton film, terus dia bisa menirukan gerakan tokohnya, persisss banget, itu kecerdasan apa?" Ha ha, Hafa juga penasaran rupanya.

"Itu termasuk kecerdasan kinestetik/ fisik, yaitu kemampuan seseorang menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Juga meliputi kemampuan fisik dalam bidang kordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan."

"Seperti olahragawan, pelari, penari, itu ya, Mi?" jelas Husna.

"Ya, Husna bisa naik sepeda engan baik juga cerdas kinestetik."

"Mi, kalau arsitek cerdas di bidang apa ya?"

"Kecerdasan visual spasial, visual maksudnya gambar, spasial menyangkut ruang dan tempat. Jadi orang yang cerdas visual spasial, mempunyai kemampuan untuk melihat gambar dan ruang atau tempat secara akurat. Dia mampu mengamati warna, sudut, ruang, ukuran dan hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Dia juga punya kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang. Seorang arsitek harus bisa membuat rancangan bangunan dalam bentuk gambar dengan detil ukuran dari sudut pandang depan, samping, belakang maupun atas."

"Masih ada lagi jenis kecerdasan, Mi?"

"Masih, mau dijelasin semua?"

"Ya, Mi  Biar tau, Na cerdas di bidang apa aja."

"Ada juga kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekspresi wajah, intonasi suara, dan gerak tubuh orang lain. Dia pandai memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi."

"Contohnya, Mi?"

"Misalnya, Harish melakukan kesalahan yang sebelumnya sudah diberi tahu dan tidak boleh melakukannya, kemudian Umi melihat Harish dengan sorot mata tajam, wajah kecewa dan tanpa senyum, lalu Harish menghentikan sikapnya dan mencium Umi sebagai tanda minta maaf, itu tandanya kecerdasan interpersonal Harish sangat bagus."

"He he he."

"Kenapa ketawa?" tanyaku pada Husna.

"Enggak! Emm, kadang-kadang Na tau, Umi nggak suka dengan sikap Na, tapi Na pura-pura nggak tau, dan diam aja, nggak minta maaf, nggak cerdas ya, Mi?"

"Ya ada juga sih, kan Husna tau Umi nggak suka, tapi nggak secerdas Harish, yang mengikutinya dengan sikap menghentikan perbuatannya dan langsung minta maaf."

"Masih ada, Mi?"

"Masih, selanjutnya kecerdasan intrapersonal, kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengenalan tentang diri sendiri. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan diri. Mampu memotivasi dan mendisiplinkan diri. Orang seperti ini akan berusaha menjaga nilai, etika atau sopan santun dan.moral. Dia tidak mau melakukan pelanggaran terhadap aturan yang akan membuat nilai dirinya berkurang."

"Misalnya tidak mau berbohong atau mencuri, Mi?"

"Pinter! Itu salah satu contoh, atau misalnya nih, mba Hany kan sudah remaja, dia tau kalau pacaran itu dilarang, maka dia akan menjaga diri tidak melakukan itu. Misalnyapun dia suka sama teman laki-lakinya, dia akan menyimpannya rapat-rapat, tidak menyampaikan atau menunjukkannya pada orang lain."

"Kok contohnya Hany sih, Mi?" ha ha, Hany protes, dia tau sedang kusindir. Maklumlah, remaja sekarang lebih ekspresif dibanding jamanku dulu.

"Lho, kan contoh? Semoga Hany tidak seperti itu," jawabku sambil berharap, Hany mengerti maksudku.

Hmm, sebagai orang tua dengan enam  orang anak, harus siap menghadapi enam karakter yang berbeda-beda, sikap yang harus disesuaikan, sedang kesabaran kadang entah menguap ke mana. Di jaga seperti apapun, sulit mengharapkan suasana rumah selalu tenang, ada saja salah sikap yang menyebabkan hati kecewa, ngambek, marah dan sebagainya.

"Mi, kalau penyanyi itu cerdas apanya?" Hafa penasaran juga rupanya.

"Kecerdasan musikal, kemampuan menikmati, membedakan, mengarang dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik yang meliputi ritme, melodi dari musik yang didengarkannya."

"Keluarga kita sepertinya nggak ada yang cerdas musikal deh," Husna nyeletuk.

"Ha ha ha, nggak ada keturunannya. Umi, Abi kalau nyanyi lempeng, nggak bisa belok," kami terbahak.

"Tapi mas Hatif kalau tilawah bagus, Mi? Beberapa nada qori bisa ditirunya, itu musikal juga kan?" kata Hany.

"Ya, Hatif punya kecerdasan musikal, kalau adzan juga enak dengernya, beda sama Abi," kembali kami tergelak, ingat kalau Abi adzan di masjid, dari takbir pertama langsung ketahuan.

"Kecerdasan naturalis. . ." belum selesai aku bicara, Hany langsung menyahut sambil mengacungkan jari, ha ha seperti sedang di sekolah.

"Hany tau, ciri-cirinya yang senang dengan alam kan, Mi? Misalnya, Hany suka main ke sawah cari keong emas, yang dulu itu lho Hus, yang kita ke sawah waktu musim tandur."

"Ooo, yang terus kita bersihin sendiri, terus kita masak sendiri itukan?" Husna menimpali.

"Ya, itu salah satu contoh kecerdasan natural, kemampuan manusia untuk mengenali hewan, tanaman dan lain-lainnya di alam."

Kuhela nafas, lumayan juga kuliah hari ini, he he he.

"Kecerdasan eksistensial, yaitu kemampuan menempatkan diri dalam alam yang luas, jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan sesudah mati."

"Adalagi kecerdasan spiritual, yaitu kemampuan manusia mengenal tuhanNya, meyakini keberadaannya serta melakukan segala perintahNya."

"Mi, kalau kecerdasan emosional?" tanya Hany.

"Ya, agak mirip dengan kecerdasan intrapersonal, bagaimana kemampuan seseorang mengelola dan mengendalikan emosinya."

"Oh, kalau begitu nggak ada manusia yang nggak cerdas ya? walaupun nggak semua, setidaknya adalah satu atau dua kecerdasan dalam diri seorang manusia." Husna mencoba menyimpulkan.

"Itu sebabnya jangan suka mengatakan orang lain nggak cerdas, atau yang lebih kasar dari itu, karena setiap manusia punya kecerdasan yang berbeda-beda."

"Mi, siapa manusia paling cerdas?" tanya Hafa, sontak Hany dan Husna menengok ke Hafa, mungkin nggak menyangka kalau Hafa akan bertanya seperti itu.

"Wah, pertanyaan cerdas!" pujiku, ehem, Hafa tersipu malu.

"Dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 190-191 disebutkan, orang yang cerdas itu selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.  Selain itu ada juga hadist yang mengatakan orang yang cerdas itu yang paling banyak mengingat kematian dan memperbanyak bekal ke akherat."

"Mi, kecerdasan itu asli dari Allah apa bisa dilatih?" tanya Hany.

"Modalnya dari Allah, tapi pengembangan dan peningkatannya dengan dilatih."

"Gimana melatihnya, Mi?" tanya Husna.

"He he, lain kali Umi jelaskan ya, Umi cuaaapek."

"Huu, Umi." he he serempak mereka protes.

***


@ "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran bagi orang-orang yang berakal.(yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari azab neraka." terjemah AQ surat Ali Imron ayat 190-191.

@ Dari Ibnu Umar Ra, dia berkata: suatu hari aku duduk bersama Rasulullah Saw, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshor, kemudian dia mengucapkan salam kepada Nabi Saw dan bertanya."Wahai Rasulullah siapakah orang mukmin yang paling utama?" Rasulullah menjawab."Yang paling baik akhlaknya." Kemudian dia bertanya lagi,"Siapakah mukmin yang paling cerdas?"Beliau menjawab,"Yang paling banyak mengingat mati kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, ituah orang yang paling cerdas." HR Ibnu Majah, Thabrani dan Al Haitsamy.

.







No comments:

Post a Comment