Friday, March 7, 2014

ANGKOT

"Mi, sekolahnya gimana?" bangun tidur Husna sudah sibuk memikirkan bagaimana berangkat sekolah.

"Abi belum pulang, Mi?" Hafa nyeletuk sambil ngucek mata yang baru melek.

"Belum, mungkin agak siang. Nah, motor di bawa Abi, jelas Umi nggak bisa nganter."

"Pinjam motor aja, Mi?"

"Kemungkinan besar semua motor dipakai yang punya, namanya juga pagi, semua perlu pergi sekolah, ke kantor, dan lain-lain."

"Trus gimana dong?" Husna menunjukkan wajah memelas.

"Mau ngojek apa ngangkot?"

"Bukannya ojek kalau pagi nganter pelanggannya?"

"Iya juga sih, tapi coba ke om Usman, mungkin dia nggak ada pelanggan."

"Ngangkot aja, Mi."

"Husna, Hafa berani?" tanyaku ragu, soalnya selama ini mereka sekolah selalu diantar, dan lagi harus jalan ketempat angkot hampir satu kilometer, sebab daerah masuk ke perumahan kami tidak dimasuki angkot, hanya ojek. Mereka juga masih kecil, kelas lima dan tiga SD.

"Berani, Mi. waktu itu, pas Abi ngisi pelatihan, Na sama Hafa juga naik angkot sendiri, malah naik angkotnya salah."

"Hah! Salah gimana?"

"Iya, naik angkot warna biru, tapi yang ke bunderan, akhirnya ganti deh."

"Ngomongnya gimana pas tau kalau salah?"

"Bang, ini mau ke mana?"

"Ke bunderan, adek pulangnya ke mana?"

"KNPI bang."

"'Wah, ganti angkot aja ya.' trus kita naik angkot kuning, malah ngetemnya lama lagi."

"Waktu naik angkot biru nggak nanya arah mana?"

"Nggak, kirain semua angkot biru ke arah jalan Pramuka, kan sudah lewat terminal."

"Biasanya begitu, tapi kadang ada penumpang yang minta dianter ke bunderan, kan di sana banyak bis yang ngetem, bis yang tujuannya ke luar kota."

"Iya sih, dari pengalaman itu, kalau mau naik angkot tanya dulu ke sopirnya."

"Jadi gimana nih, mau jalan kaki dulu trus naik angkot?"

"Ya, Mi, tapi berangkatnya agak pagi, biar nggak terlambat. Nanti turunnya di mana, mi?"

"Di depan gang Dahlia, di sanakan biasanya ada polisi, biar nanti dibantu nyebrang jalannya."

Husna dan Hafa bergegas mempersiapkan diri, mandi berpakain, sarapan dan menyiapkan bekal makan siangnya.

"Nggak apa-apa, Mi, Husna dan Hafa naik angkot sendiri?" Hany, kakaknya berbisik padaku.

"Insyaallah nggak apa-apa, melatih keberanian mereka. Kalau pagikan ramai, jadi lebih aman."

Apapun kondisinya, manfaatkan sebaik-baiknya untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan, agar anak-anak menjadi manusia-manusia tangguh dengan berbagai pengalamannya, itu prinsipku dalam menunaikan amanah yang diberikan Allah.

No comments:

Post a Comment