Saturday, March 22, 2014

JIWA > MASALAH = SUKSES

"Mengapa kami di uji dengan masalah seberat ini?"

"Seberat apa, Bu?"

"Bayangkan, Mi. Suami sedang dalam pengobatan, belum selesai, biaya sudah habis puluhan juta, sekarang anak harus operasi dengan dana yang tidak sedikit, sesak dada ini kalau memikirkannya."

"Masih ada lagi yang membuat berat?"

"Dalam kondisi seperti ini, masih saja ada pihak keluarga yang menyalahkan. Mereka berpendapat, cobaan ini diberikan karena kami begini-begitu yang nadanya menyalahkan kebijakan kami dalam urusan keluarga besar. Rasanya seperti tak akan sanggup saya meneruskannya. Suami sakit yang membutuhkan perawatan saya, anak di rawat di rumah sakit, belum lagi anak-anak yang masih balita, belum lagi jadwal mengajar yang tidak bisa ditinggalkan terus menerus."

"Sekarang, saat ibu mengantarkan suami terapi, siapa yang menjaga anak yang di rawat di rumah sakit?"

"Alhamdulillah, ada bibi dan saudara-saudara bergantian menjaganya."

"Anak-anak yang di rumah, siapa yang menjaga?"

"Alhamdulillah, ibu yang mengurus mereka."

"Untuk pendanaan, apa ada yang membantu?"

"Alhamdulillah, orang tua, mertua, kakak, adik membantu kami. Dari lembaga tempat suami bekerja dan tempat saya mengajar juga membantu pendanaan. Juga organisasi yang kami aktif di dalamnya, memberikan bantuan juga. Belum lagi teman-teman. Kalau tak ada bantuan dari mereka, entahlah. . . bagaimana kami membiayai semua itu."

"Selain sebagian keluarga yang menyalahkan, ada nggak sebagian yang mendukung?"

"Ada, Mi. Bahkan lebih banyak yang mendukung dan mendoakan dibandingkan yang menyalahkan dan bersikap sinis."

"Dari teman-teman, gimana? Apakah mereka banyak mendukung atau cuek?"

"Cobaan ini memperjelas, siapakah orang-orang yang tulus bersaudara dan berteman dengan kami, dan siapa-siapa yang hanya basa-basi."

"Bisa membayangkan, saat ibu dibutuhkan untuk mengatasi semua ini kemudian ibu sakit juga?"

"Ya jangan sampailah, Mi."

"Bersama kesulitan, selalu Allah sertakan kemudahan. Dalam kesedihan Allah sertakan kegembiraan, ketika kita mau menggeser sedikit sudut pandang. Ketika ibu menghadapi dengan sudut pandang ke arah cobaan dan kesulitannya, terasa berat sekali, suami sakit, anak sakit, ibu cape, pekerjaan tak bisa ditinggal, dana sempit, dan lain-lain. Tapi ketika ibu melihatnya dari sisi bantuan, dukungan dan doa orang-orang yang sayang, perhatian dan mendukung keluarga, maka ibu akan merasakan agak ringan. Jadi yang jadi masalah, bukan berapa besarnya masalah itu tapi seberapa besar jiwa kita menghadapinya. Jika jiwa kita lebih besar dari masalah yang dihadapi, maka kita akan menang, sukses dan dapat melewati masalah itu dengan baik, beda halnya jika jiwa kita kerdil, sekecil apapun masalah, akan menjadi beban yang luar biasa."


No comments:

Post a Comment