Wednesday, March 19, 2014

MELATIH KECERDASAN LINGUISTIK

"Harish, mana Abi?"

"Di kamar depan, lagi belajar pake komputer," Harish menjawab sambil menatapku sebentar, lalu melanjutkan aktifitasnya, mulutnya ramai menirukan suara mobil polisi.

"Harish, tolong Umi dong?"

"Tolong apa, Mi?"

"Bilang ke Abi, nanti waktu jemput mba Husna dan mba Hafa, tolong beliin rambutan sama minuman gelas ya!"

Tanpa menunggu dua kali, Harish berlari ke kamar depan. Dengan suaranya yang lantang, aku dengar dia bicara dengan Abi.

"Abi, kata Umi, nanti pas jemput Mba Husna sama Mba Hafa, tolong beli rambutan sama. . . apa tadi ya?" Harish terdengar berhenti bicara, tiba-tiba dia sudah di hadapanku.

"Beli rambutan sama apa, Mi?" tanyanya.

"Minuman gelas." jawabku singkat, Harish berlari lagi ke depan, kudengarkan apa yang dikatakannya.

"Beli rambutan sama minuman gelas, Bi."

"Ok, bos!" jawab Abi, menggoda Harish.

"Kok bos sih? Harish, Biii!"

"Oke, Harish pinterrr," terdengar Abi meralat komentarnya.

Kemudian Harish kembali ke tempat mainnya, sambil berkata," Sudah, Mi."

"Terima kasih, ya, terus apa kata Abi?"

"Kata Abi, oke." lapornya.

Hany mendekatiku, sambil berbisik," Umi lagi melatih kecerdasan linguistik Harish ya?"

Ha ha ha, rupanya pembicaraan kemarin masih melekat di memorinya.

"Ya, tadi Umi latih memahami pesan yang agak komplek. Lumayan, sudah bisa memahami, walaupun masih ada lupanya. Kalau untuk menyampaikan pesan yang lebih sederhana, Harish sudah bagus, makanya latihannya di tambah."

"Iya, ngomongnya tambah pinter, tapi tambah pinter membantah juga," jawab Hany.

"Itu efek sampingnya, he he. Nah untuk membantahnya, pelan-pelan nanti diluruskan, menurut Umi dia belum tahu kalau itu membantah, yang dia maksudkan mengemukakan alasan, tapi caranya nggak disukai lawan bicara." jelasku.

"Kadang jengkel juga sih, Mi," sungutnya.

"Dulu waktu Hany seusia Harish sekarang, ya nggak ada beda. Tapi coba kalau Hany jadi Umi? Sekarang Hani dibantah Harish yang nalarnya beum cukup aja merasa jengkel, gimana kalau Hany, yang sudah bisa berfikir, ketika ditegur Umi karena salah, eee Hany malah membantah, pake suara agak kenceng dan wajah cemberut, gimana perasaan Hany kalau di possi Umi?"

Hmmm, Hany tidak membantah, hanya cengar-cengir malu.

"Kalau seumur Hany, masih ada latihannya ya, Mi?" tanya Hany.

"Tugas Umi kemarin sudah dibuat?"

"Yang buat proposal singkat? Tinggal dikit lagi, nanti malam Hany kasih ke Umi."

"Itu salah satu latihan kecerdasan linguistik. Waktu Hany menyampaikan keinginan, tapi nggak bisa tuntas karena keburu nangis, buat dengan tulisan. Apa keinginan Hany, apa alasannya, apa tujuannya, gimana cara mencapainya, jadi Hany tau, apa keinginan Hany itu realistis untuk kondisi kita sekarang ini, atau tidak."

"Iya, Mi, dengan menuliskan,, Hany bisa lebih merinci apa yang mau Hany sampaikan ke Umi."


No comments:

Post a Comment