Wednesday, April 30, 2014

TANDA PETIK


Richie yang sedang asyik dengan hapenya, tiba-tiba nyeletuk.

“Umi nih kalau buat tulisan selalu ramai dengan tanda petik.”

“Richie merhatiin ya?”

“Lha iya, makanya bisa komentar.”

“Richie nggak suka, ya?”

“Heran aja, sih.”

“Kok heran?”

“Jarang, Mi yang seperti ini, setelah judul langsung tanda petik, pake pengantar dulu ngapa?”

“Sepertinya spontan aja, jadinya begitu, he he.”

“Jadi kalau nulis spontan, nggak pake di draft dulu?”

“Mungkin itu kelemahan Umi, ada ide langsung tulis, keburu ada kerjaan lain”

“Huh! Sok sibuk banget sih, Mi?”

“Memang sibuk”

“Jangan-jangan karena memang Umi hobi ngomong, ya?”

“Memang”

“Kalau nggak ngomong, sakit ya, Mi?”

“Huss! Doa jelek, nggak amin.”

“Apa Umi memang suka baca yang banyak dialognya?”

“Tebakan cerdas! Dulu waktu kecil, kalau mau baca Umi lihat sekilas, banyak tanda petiknya nggak. Semakin banyak, semakin semangat untuk membacanya.”

“Ya usaha diperbaiki dong, Mi.”

“Iya, nanti kalau sempat, kalau mau, kalau nggak lupa.”

“Laaah, Umi, copas status Richie itu.”

“Tapi nggak plagiatkan?”

“Sekarang belum, nanti kalau Richie jadi penulis besar, Umi bisa dituntut loh.”

“Halaaah, kalau niatnya seperti itu, nggak bear-besar nanti.”

“Iiih, Umi, doa jelek! Nggak amin.”

“Ya, Umi doakan semoga Richie jadi penulis besar yang rendah hati dan gemar bersedekah.”

“Amin. Semoga Umi juga jadi penulis yang menginspirasi dan memotivasi dengan nilai-nilai kebaikan, walaupun tulisannya banyak tanda petiknya, tetap bisa jadi penulis best seller.”

“Amin, banyak buku sebelum mati, bisa!”

“Yes, yes, yes, bisa!”

Maka berakhirlah tulisan ini tanpa tanda petik.

No comments:

Post a Comment