Tuesday, April 1, 2014

KOK UMI NGGAK MINTA MAAF?

"Sini Rish!" panggilku, setelah selesai memakaikan baju Harish.

"Kenapa, Mi?"

"Sini dong!"

Harish mendekat, lalu kucium jidatnya, hmmm, segarnya kalau sesudah mandi.

"Umi sayang Harish," ucapku sambil mencium pipinya yang gembil.

"Tapi kok tadi Umi nggak minta maaf sama Harish?" protesnya.

"Loh, memang kenapa Umi harus minta maaf sama Harish?" tanyaku, heran.

"Tadi kan Harish nangis," jawabnya, ngotot.

Wedew! Ada yang salah persepsi rupanya.

"Umi harus minta maaf kalau Umi bersalah, bukan karena Harish nangis," jelasku.

"Tapi kan biasanya kalau Harish nangis, Umi minta maaf," jelasnya, kekeh.

Kuingat-ingat yang sering terjadi selama ini, ya, sering terjadi aku minta maaf saat Harish menangis, ...

"Oo, ya ya, biasanya Umi minta maaf saat Harish menangis, bukan karena Harish menangis, tapi karena Umi nggak sabar dan marah sama Harish."

"Tadi Umi juga marah sama Harish, waktu Harish minta ambilin mangkuk."

"Oke, maafin Umi ya," kataku mengalah.

"Iya, Umi sayang." jawabnya sambil memeluk dan menciumku.

***

Harish (4 tahun) ngantuk, aku capek.

Itu situasi yang sering menimbulkan tragedi.

Aku inginnya, kalau Harish ngantuk ya tidur, lapar ya di ajak makan, mau. Tapi tak semudah itu. Ngantuk bukannya tidur, malah mengerjakan yang lain, seolah suatu kerugian besar kalau harus tidur siang. Ini malah banyak banget yang diminta, dan semuanya harus umi yang melayani, sedang umi sedang lelah dan juga banyak yang harus dikerjakan. Ha ha ha curcol.

Kalau hati sedang lapang, semua menjadi indah, tetapi kelelahan kadang membuat hati menyempit. Astaghfirullah.

No comments:

Post a Comment