“Payah, Rudi curang!” teriak Udin.
“Curang apaan?” Rudi protes dituduh curang.
Anak-anak terlihat sedang main wayang/ gambar di
halaman depan. Mereka senang main di situ, karena ada pohon sawo manila tua
yang meneduhi halaman . Aku sering memperhatikan tingkah mereka, kadang bila
diperlukan, turun tangan mendamaikan pertengkaran mereka. Hmm, namanya anak-anak,
di mana ada permainan, di situ ada kemungkinan keributan.
“Dari tadi kamu menang terus,” sungut Udin.
“Aku menang karena pinter dan beruntung,” kilah
Rudi.
“Masak beruntung terus-terusan?” Udin masih belum
menerima kekalahannya, tapi dia nggak bisa membuktikan di mana kecurangan Rudi.
“Rud, kamu ngapain sih, setiap mau melemparkan
wayang, selalu wayang kamu jilat dan oleskan di tanah?” tanya Joko, yang sedari
tadi membantu mengumpulkan wayang yang jadi taruhan, sambil memperhatikan
permainan.
“Ya, itulah keberuntunganku,” jawab Rudi, mantap.
Hmm, sepertinya sudah saatnya turun tangan, nih.
Permainan wayang di sini mempunyai aturan, masing-masing peserta mempunyai satu
lembar wayang yang dijadikan gaco/ uncak. Masing-masing peserta mengumpulkan wayang
sejumlah yang disepakati, kemudian wayang dikumpulkan dan dilempar ke udara.
Wayang uncak siapa yang terbuka gambarnya, dialah yang menang dan berhak memiliki
wayang taruhan.
“Rudi, coba di ulang caranya,” pintaku.
“Cara apa, Mi?” Rudi tampak terkejut, karena aku
datang dari belakangnya.
“Cara yang dibilang Joko, “ tegasku.
Kemudian Rudi menjilat wayang uncaknya dan
mengoleskannya di tanah.
“Udin, berikan uncak kamu, dan Rudi, lemparkan
seperti tadi!”
Rudi melakukan apa yang kuminta, dan. . . benar! Wayang
uncak Rudi terbuka, sedang punya Udin tertutup.
Kemudian aku minta mereka
melakukan berulang ulang dengan wayang yang diganti-ganti, dan memang wayang
yang di jilat dan diolehkan tanah selalu terbuka. Aku perhatikan, bagian yang
dijilat adalah bagian belakang, yang tanpa gambar.
Secara sederhana, bisa difahami. Dengan dijilat dan
dioleskan tanah, menempellah debu-debu yang otomatis menambah bobot sisi wayang
tersebut, perbedaan bobot itu menentukan posisi jatuhnya wayang.
Terbongkarlah sudah rahasia di balik kemenangan
Udin.
Curangkah apa yang dilakukan Udin?
Aku teringat cerita suami beberapa hari ini. Bagaimana
upaya-upaya para peserta pemilu untuk menggelembungkan suara pasca pencoblosan.
Bagaimana para anggota KPPS berjuang gigih mengupayakan itu, karena pada
kenyataannya jarang sekali anggota KPPS yang netral, tidak mendukung salah satu
calon.
Ada yang dengan cara halus, ada juga yang kasar, tidak lagi ingat bahwa
mereka bertetangga, menyedihkan memang!
Ada nggak ya hubungan kebiasaan curang dalam
permainan waktu kanak-kanak dengan karakter setelah dewasa? Ha ha, berat ini.
Perlu penelitian, tapi mungkin sudah ada, biasanya bidang psikologi.
Setidaknya sebagai orang tua harus cermat dalam
memperhatikan perkembangan anak, jangan sampai sesuatu yang kita anggap lucu di
masa kana-kanak, berakibat fatal dalam pembentukan karakter.
Hidup di dunia ini memang permainan, tapi permainan
yang berakibat pada kehidupan abadi di akherat nanti, permainan yang diawasi
oleh yang Maha Awas, waspada!
No comments:
Post a Comment