Sunday, April 13, 2014

KECURANGAN ANAK


“Payah, Rudi curang!” teriak Udin.

“Curang apaan?” Rudi protes dituduh curang.

Anak-anak terlihat sedang main wayang/ gambar di halaman depan. Mereka senang main di situ, karena ada pohon sawo manila tua yang meneduhi halaman . Aku sering memperhatikan tingkah mereka, kadang bila diperlukan, turun tangan mendamaikan pertengkaran mereka. Hmm, namanya anak-anak, di mana ada permainan, di situ ada kemungkinan keributan.

“Dari tadi kamu menang terus,” sungut Udin.

“Aku menang karena pinter dan beruntung,” kilah Rudi.

“Masak beruntung terus-terusan?” Udin masih belum menerima kekalahannya, tapi dia nggak bisa membuktikan di mana kecurangan Rudi.

“Rud, kamu ngapain sih, setiap mau melemparkan wayang, selalu wayang kamu jilat dan oleskan di tanah?” tanya Joko, yang sedari tadi membantu mengumpulkan wayang yang jadi taruhan, sambil memperhatikan permainan.

“Ya, itulah keberuntunganku,” jawab Rudi, mantap.

Hmm, sepertinya sudah saatnya turun tangan, nih. Permainan wayang di sini mempunyai aturan, masing-masing peserta mempunyai satu lembar wayang yang dijadikan gaco/ uncak. Masing-masing peserta mengumpulkan wayang sejumlah yang disepakati, kemudian wayang dikumpulkan dan dilempar ke udara. Wayang uncak siapa yang terbuka gambarnya, dialah yang menang dan berhak memiliki wayang taruhan.     

“Rudi, coba di ulang caranya,” pintaku.

“Cara apa, Mi?” Rudi tampak terkejut, karena aku datang dari belakangnya.

“Cara yang dibilang Joko, “ tegasku.

Kemudian Rudi menjilat wayang uncaknya dan mengoleskannya di tanah.

“Udin, berikan uncak kamu, dan Rudi, lemparkan seperti tadi!”

Rudi melakukan apa yang kuminta, dan. . . benar! Wayang uncak Rudi terbuka, sedang punya Udin tertutup. 

Kemudian aku minta mereka melakukan berulang ulang dengan wayang yang diganti-ganti, dan memang wayang yang di jilat dan diolehkan tanah selalu terbuka. Aku perhatikan, bagian yang dijilat adalah bagian belakang, yang tanpa gambar.

Secara sederhana, bisa difahami. Dengan dijilat dan dioleskan tanah, menempellah debu-debu yang otomatis menambah bobot sisi wayang tersebut, perbedaan bobot itu menentukan posisi jatuhnya wayang.

Terbongkarlah sudah rahasia di balik kemenangan Udin.

Curangkah apa yang dilakukan Udin?

Aku teringat cerita suami beberapa hari ini. Bagaimana upaya-upaya para peserta pemilu untuk menggelembungkan suara pasca pencoblosan. Bagaimana para anggota KPPS berjuang gigih mengupayakan itu, karena pada kenyataannya jarang sekali anggota KPPS yang netral, tidak mendukung salah satu calon. 

Ada yang dengan cara halus, ada juga yang kasar, tidak lagi ingat bahwa mereka bertetangga, menyedihkan memang!

Ada nggak ya hubungan kebiasaan curang dalam permainan waktu kanak-kanak dengan karakter setelah dewasa? Ha ha, berat ini. Perlu penelitian, tapi mungkin sudah ada, biasanya bidang psikologi.

Setidaknya sebagai orang tua harus cermat dalam memperhatikan perkembangan anak, jangan sampai sesuatu yang kita anggap lucu di masa kana-kanak, berakibat fatal dalam pembentukan karakter.

Hidup di dunia ini memang permainan, tapi permainan yang berakibat pada kehidupan abadi di akherat nanti, permainan yang diawasi oleh yang Maha Awas, waspada!

No comments:

Post a Comment