“Mi, postingan yang tentang tadabbur ayat Al Qur’an
sepertinya kurang peminat ya?”
“Tahu dari mana?”
“Yang like sedikit, apalagi komentar. Dibandingkan
dengan tulisan Umi yang lain.”
“Ya maklumlah, kan Umi ibarat jual baju di kantin
bakso.”
“Apalagiiii, Umi nih, buat ibarat kok aneh.”
“Ya nggak aneh, biasa aja. Umi posting di komunitas
menulis yang biasanya postingannya tentang cerpen atau puisi, lha ini tentang
tadabbur ayat, yang sebagian orang menganggapnya sebagai bahasan berat.
Kebanyakan orang hadir ke komunitas ini ingin baca cerpen dan puisi dan
sejenisnya. Faham?”
“Oo, maksudnya ibarat orang ke kantin bakso mau
makan karena lapar, gitu Mi?”
“Betul, pinter!”
“Mau diteruskan, Mi?”
“Apanya?”
“Jual baju di kantin bakso, ha ha.”
“Insyaallah diteruskan. Bajukan nggak gampang basi,
dipajang terus nggak masalah. Mungkin dari sekian banyak pembeli ada yang
sambil nunggu pesanan datang, matanya melihat ke pajangan baju. Begitu juga
dengan tulisan Umi, selain di pajang di komunitas, Umi juga pajang di blog,
insyaallah aman di sana. Mungkin suatu saat ada yang butuh, dia ingat, oh ya
dulu pernah baca, kemudian dia cari di pajangan blog.”
“Nggak kecewa, Mi? Cape-cape posting nggak ada atau
jarang yang baca?”
“Kecewa? Ya nggak lah. Umi posting tadabbur
sebenarnya tadabbur untuk diri sendiri, nah sekalian Umi posting, mungkin ada
manfaatnya bagi orang lain yang tidak sempat buka Al Qur’an terjemah atau
tafsir.”
“Sekali
dayung, beberapa pulau terlampaui, ya Mi?”
“Ya, satu kerjaan bisa bermanfaat untuk beberapa
orang dan beberapa waktu.”
No comments:
Post a Comment