Tuesday, April 29, 2014

VONIS!


“Mi, sebenarnya boleh nggak sih kita menampilkan foto di fb?”

“Foto seperti apa?”

“Ya foto diri”

“Tampak aurat nggak?”

“Ya nggak lah, Mi”

“Kok baru nanya, spertinya dah lama pasang fotonya?”

“Belakangan banyak yang komen tentang pasang foto di fb. Yang paling nggak enak vonis yang mengatakan bahwa kita membiarkan diri dinikmati orang lain yang tidak berhak, kok rasanya agak gimana gitu?”

“Lha niat awalnya apa?”

“Sekedar menunjukkan bahwa ini bukan akun palsu, trus lagi dengan menampilkan foto, teman-teman lama akan mengenali dan bisa menjalin silaturahim lagi.”

“Ya setiap orang punya pertimbangan dan penilaian, selama tidak ada pelanggaran, seperti memperlihatkan aurat, ya silahkan saja. Masalah apa kata orang, ya dengarkan saja, kan tidak mungkin kita mau sependapat dengan semua orang?”

“Kalau kita mejengin hasil karya kita, seperti buku atau sertifikat pemenang lomba, gimana? Apakah itu sebuah bentuk rasa bangga yang akan menjadi kesombongan?”

“Ada yang memvonis begitu?”

“Ada.”

“Semua kembali ke niat dan cara. Kalau niatnya baik, misalnya bentuk rasa syukur dengan menunjukkan nikmat itu, atau supaya bisa menginspirasi dan memotivasi orang lain, sepertinya nggak masalah. Dan caranya, selama tidak melanggar aturan dan tidak merugikan orang lain, ya teruskan saja.”

“Sebenarnya kita berhak nggak sih menilai perbuatan orang lain?”

“Ya boleh saja, tapi perlu diingat, kita menilai hanya berdasarkan apa yang kita lihat dan informasi yang sudah kita punya, yang pasti kita tidak tahu isi hati orang lain. Kalau untuk menilai sesuatu yang kriteria aturan dan hukumnya jelas, mudah, beda dengan hal-hal yang nggak jelas ukurannya kebenarannya.”

“Bagaimana kalau kita yang dinilai orang lain?”

“Siapa yang lebih tahu tentang diri kita, orang lain atau kita sendiri?”

“Ya kita lah, Mi”

“Ya sudah, nggak usah pusing! Selama kita tahu bahwa yang kita lakukan hal-hal yang tidak bertentangan dengan aturan Allah, tenang saja. Yang kita butuhkan apa kata Allah, bukan apa kata orang.”

“Untuk semua hal?”

“Tapi kita perlu juga mendengar apa kata orang, siapa tahu ada hal-hal yang kita lalai, sedang orang lain lebih faham. Artinya, penilaian orang lain kita butuhkan untuk lebih memantapkan kita dalam pilihan sikap yang diridhai Allah.”

No comments:

Post a Comment