“Mi, sebenarnya boleh nggak sih kita menampilkan
foto di fb?”
“Foto seperti apa?”
“Ya foto diri”
“Tampak aurat nggak?”
“Ya nggak lah, Mi”
“Kok baru nanya, spertinya dah lama pasang fotonya?”
“Belakangan banyak yang komen tentang pasang foto di
fb. Yang paling nggak enak vonis yang mengatakan bahwa kita membiarkan diri
dinikmati orang lain yang tidak berhak, kok rasanya agak gimana gitu?”
“Lha niat awalnya apa?”
“Sekedar menunjukkan bahwa ini bukan akun palsu,
trus lagi dengan menampilkan foto, teman-teman lama akan mengenali dan bisa
menjalin silaturahim lagi.”
“Ya setiap orang punya pertimbangan dan penilaian,
selama tidak ada pelanggaran, seperti memperlihatkan aurat, ya silahkan saja.
Masalah apa kata orang, ya dengarkan saja, kan tidak mungkin kita mau
sependapat dengan semua orang?”
“Kalau kita mejengin hasil karya kita, seperti buku
atau sertifikat pemenang lomba, gimana? Apakah itu sebuah bentuk rasa bangga
yang akan menjadi kesombongan?”
“Ada yang memvonis begitu?”
“Ada.”
“Semua kembali ke niat dan cara. Kalau niatnya baik,
misalnya bentuk rasa syukur dengan menunjukkan nikmat itu, atau supaya bisa
menginspirasi dan memotivasi orang lain, sepertinya nggak masalah. Dan caranya,
selama tidak melanggar aturan dan tidak merugikan orang lain, ya teruskan saja.”
“Sebenarnya kita berhak nggak sih menilai perbuatan
orang lain?”
“Ya boleh saja, tapi perlu diingat, kita menilai
hanya berdasarkan apa yang kita lihat dan informasi yang sudah kita punya, yang
pasti kita tidak tahu isi hati orang lain. Kalau untuk menilai sesuatu yang
kriteria aturan dan hukumnya jelas, mudah, beda dengan hal-hal yang nggak jelas
ukurannya kebenarannya.”
“Bagaimana kalau kita yang dinilai orang lain?”
“Siapa yang lebih tahu tentang diri kita, orang lain
atau kita sendiri?”
“Ya kita lah, Mi”
“Ya sudah, nggak usah pusing! Selama kita tahu bahwa
yang kita lakukan hal-hal yang tidak bertentangan dengan aturan Allah, tenang
saja. Yang kita butuhkan apa kata Allah, bukan apa kata orang.”
“Untuk semua hal?”
“Tapi kita perlu juga mendengar apa kata orang,
siapa tahu ada hal-hal yang kita lalai, sedang orang lain lebih faham. Artinya,
penilaian orang lain kita butuhkan untuk lebih memantapkan kita dalam pilihan
sikap yang diridhai Allah.”
No comments:
Post a Comment