Thursday, April 17, 2014

KEBOLAK-BALIK




"Mi. dah selesai," Harish laporan setelah mandi. 

“Sip! Tuh, handuknya di gantungan, ambil sendiri, ya?”

Harish menarik satu handuk, aha. . . ternyata bertumpuk, handuk yang satu ikut tertarik dan jatuh, refleks 

Harish berucap,”Maaf!”

“Mesin air kok masih hidup, Rish?” tanya  Abi.

“Air di kamar mandi belakang masih hidup, tinggal sedikit lagi, tadi baknya diperes!”jawab Harish dengan suaranya yang penuh semangat.

“Apa Rish, diperes?”tanya Abi, aku senyum-senyum, sudah tahu apa yang dimaksudnya.

“Itu lho, Biii. . . airnya ditumpah. . .eh dituang pake gayung, sampai habis, terus diisi lagi.”

“Oooo, dikuras,” jelas Abi, sambil senyum.

“Iyyyaaaa,” jawab Harish, dengan pedenya.

“Udah, Mi handukannya.”

“Ambil baju sendiri ya?”

“Di melari, Mi?”

“Lemari,” jawabku, meralat.

“Bisa sih, Mi, tapi. . .” matanya mengerjab-ngerjab.

“Takut berantakan?” jawabku, biasanya Harish suka alasan begitu.

“Anu, lho, Mi. . . Harish yang pegang senter, Umi yang ambil baju sama  celana.”

“Kan nggak mati lampu?” jawabku, menduga-duga maunya.

“Lampu kamarnya nggak usah dihidupin.”

Lho? Oooo, akal-akalannya mau main senter.

“Ya sudah, yok, terus nanti makan sendiri ya.”

Setelah selesai berpakaian, kusodorkan piring yang sudah berisi mi rebus dan telur.

“Nanti tumpah-tumpah kayak tadiii,” katanya, aha ha ilmu negonya dikeluarkan.

“Insyaallah nggak, tadi kan pake mangkok kecil, ini Umi ambilin pake piring.”

“Tapi Umi yang potong-potong minya, ya?”

“Ok.” Setelah kupotong-potong, kusodorkan piring itu ke hadapannya.

“Baca doa dulu sebelum makan!”

“Umi ajalah,” katanya sambil menyuapkan sendok ke mulut mungilnya.

Lho?!

No comments:

Post a Comment