“Umi, kok belum tidur?” Hatif inbox dari Turki.
“Baru jam 21.30, Umi biasa tidur jam 23.00 atau 00.00.”
“Belajar ya, Mi?”
“He he.”
“Umi, waktu muda biasanya tidur jam berapa?”
“Kenapa, Tif? Ada masalah tidur? Waktu kuliah Umi biasa
tidur jam 23.00 bangun jam 03.00.”
“Kalau aku tidur jam 00.30 bangun jam 02.00, cukup nggak,
Mi?”
“Kalau masalah kecukupan
tidur itu relatif, tergantung usia, kualitas tidur, kondisi badan, keperluan,
dll. Coba nanti lihat di fp kita, MHA Rumah Terapy Keluarga, ada beberapa link
tentang kebutuhan tidur, sudah Umi kumpulkan. Bisa dimajukan nggak tidurnya?”
“Kenapa, Mi? Kurang ya?”
“Di atas jam 00.00 tubuh sebaiknya istirahat, karena jam
segitu tubuh sedang mengganti sel-sel yang rusak, membuang raacun, dsb. Supaya
kerjanya efektif, sebaiknya tidak melakukan aktifitas.”
“Agak susah, Mi, soalnya kegiatanku padat banget, banyak
yang harus dipelajari.”
“Kalau begitu, imbangi dengan kecukupan gizi yang mencukupi.”
“Perlu minum susu, Mi?”
“Kalau bisa, sebaiknya minum. Disediain nggak?”
“Biasanya dalam bentuk hidangan lain yang mengandung susu,
tapi aku bisa beli literan kok. Seminggu seliter cukup, Mi?”
“Kalau menu lain bergizi lengkap, cukup. Umi nggak minum
susu juga baik-baik aja, he he.”
“Iya, Mi, insyaallah. Tapi Rasulullah juga tidurnya nggak
banyak, ya, Mi?”
“Secukupnya. Coba nanti Hatif pelajari lagi, bagaimana
kebiasaan tidur beliau. Eh, kalau nggak salah, Pak Habibi itu tidurnya juga cuma
dua jam, lho.”
“Wajar, Mi, kalau beliau tidur hanya sebentar. Aku sekarang
mengalami, waktu itu begitu sempit. Begitu banyak yang harus dipelajari, bisa
nggak tercapai target kalau kebanyakan tidur.”
“Barokallah, semoga diberi kesehatan sama Allah, walaupun
tidurnya sedikit. Tapi usahakan, tidur lebih awal. Nggak nambah waktu, hanya
menggesernya.”
“Insyaallah, Mi, aku usahakan. Doaian aku terus ya, Mi.”
“Selalu.”
Doa Umi selalu untuk putranya ....mengharukan
ReplyDeleteselalu. . .
Delete