Sunday, June 1, 2014

PACARAN, ENAK?

Kadang senyum-senum sendiri kalau ingat kepolosan ABGku yang satu ini.

"Umi, dulu pernah pacaran, nggak?"

"Nggak!" jawabku tegas. Hening.

"Kenapa? Pengen pacaran?" tanyaku, sambil senyum-senyum, toh dia nggak melihatku.

"Enak kali, ya, Mi?"

Di usianya yang ke tujuh belas ini, mungkin dia mulai berpikir tentang lawan jenis. Wajarlah! Oooh, anakku sudah bujang. Syukurlah dia mencari jawabnya padaku, ibunya.

"Pacaran yang seperti apa, maksudnya?" tanyaku, hati-hati.

"Yang gimana, ya? Aku juga bingung?" jawabnya, mungkin sambil nyengir.

"Kita mau melakukan sesuatu kan, harus jelas. Melakukan apa, tujuannya apa, caranya gimana, karena semua yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawabannya sama Allah."

"Sampe segitunya, ya, Mi?"

"Kan ada ayatnya...walaa taqfu maa laisa laka bihi 'ilmun. innassam'a walbashoro wal fu aada kullu ulaa ika kaana 'anhu mas uulaa, jangan kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya."

"Hmm bener juga, Al Isra ayat 36. He he he, Umi malah lebih tahu dari aku," jawabnya. Pasti sambil senyum malu, aah, jadi kangen.

"Umi taunya sedikit, tapi berusaha untuk dilaksanakan. Kalau Hatif sekarang hafal, nanti pelan-pelan dipahami, suatu saat nanti akan jadi tempat bertanya orang-orang, termasuk Umi."

"Insyaallah."

"Kalau Hatif berpikiran atau berniat pacaran, itu berarti memberi kesempatan syetan untuk mengganggu. Lebih baik ditutup aja, nanti kalau sudah siap langsung nikah. Sayang perjuangan selama ini, kalau nantinya rusak gara-gara pacaran. Nggak ada baiknya pacaran itu. Jodoh sudah ditentukan Allah, nggak usah iseng."

"Iya, Mi"

Barokallah, yaa Allah, lindungi anak-anakku dari fitnah yang satu ini.

No comments:

Post a Comment