Wednesday, June 18, 2014

GARA-GARA SARUNG ADAT

Peretemuan sore itu diakhiri dengan pembagian tugas, berkaitan dengan amanah menjadi panitia

"Kelompok kita dapat amanah jadi panitia sie acara pekan depan, Peningkatan Ruhiyah sekaligus menyambut Ramadhan"

Semua dapat amanah yang harus dipersiapkan. Aku kebagian menyiapkan konsep renungan.

"Sekalian musik pengiringnya?" tanyaku.

"Nggak usah, Mbak, sudah ada, dari panitia perlengkapan."

***

Sehari menjelang hari H, ketua panitia memberi kabar lewat SMS, seluruh panitia yang tampil di depan harus menggunakan pakaian daerah. What?

"Nggak punya," langsung kujawab.

Lha iyalah, bagaimana mau punya, seumur-umur nggak pernah pakai? Eh, pernah, sekali, waktu wisuda. duapuluh empat tahun lalu, ha ha ha itu juga pinjam tetangga. Aku paling nggak hobi urusan yang begitu. Kalau dijadikan panitia yang harus pakai kebaya dan kain adat, aku hanya menyesuaikan, pakai rok dan baju panjang. Mau protes? Ya silahkan, memang enakan jadi undangan atau peserta.

"Ada, Mbak Besok ganti di sana, sudah disediakan."

"Kok aneh-aneh, tho? Biasanya nggak ada ketentuan pakaian?"

"Iya, Mbak. Inikan acara tingkat propinsi, peserta utusan dari daerah, dan lagi akan datang tamu dari pusat."

***

Giliranku terakhir, sebelum doa penutup, maka seperti biasa, panitia merangkap peserta. Aku ikut mendengarkan tausiah, sampai setengah jam menjelang giliranku, seorang teman panitia memanggil dengan isyarat.

"Cepetan ganti, setelah ini giliran Mbak."

Oke, aku segera menuju ke ruang ganti. Aku pikir, nggak terlalu sulit, kan hanya pakai sarung kemudian baju kurung, he he. Setelah kubuka bungkusan pakaian itu, sempat bingung melihat motifnya. Ini ada ketentuannya nggak ya, mana yang depan, mana yang belakang?

Alhamduillah seseorang datang, lalu kutanyakan mana yang depan, mana yang belakang.
Setelah jelas aku segera memakainya, o la la, ternyata tak semudah yang kubayangkan Dan lagi, tidak ada orang lain? Terdengar seseorang datang, ah minta bantuannya, mungkin bisa.

"Mbak, sepuluh menit lagi," ternyata panitia

"Bisa bantu pegangin nggak, ini mau ngikat talinya, melorot terus."

"Maaf, Mbak, saya harus memperhatikan waktu di depan"

Astaghfirullah, bagaimana ini. Aku ingat kertas konsep renungan yang sudah kusiapkan, di mana ya? Konsentrasiku bubar! Kuobrak-abrik tas yang kubawa, masyaallah, nggak ada? Di mana, ya? Aku panik. Sementara aku belum berhasil mengikat sarung yang kupakai dengan baik. Belum lagi pasang korset.

"Mbak, lima menit lagi," suara panitia yang mengejutkan, membuat jantungku berdegup kencang.

Ya Allah, bagaimana ini? Semakin kacau, semua yang kulakukan salah. Hanya mengikat tali sederhana di pinggang, gagal terus. Walaupun tak sempurna, tali itu terikat juga dengan kencang. Segera kupakai korset. Tinggal ganti baju atasan. Tapi di mana konsep itu?

"Dua menit lagi, Mbak," temanku ikut panik. Dia membantuku merapikan jilbab. Tapi otakku masih berputar mencari kertas itu, belum ketemu.. . Astaghfirullah!

"Tolong lihat di kantung gamis!"teriakku.

"Apa, Mbak?" temanku bingung, tapi dikerjakannya juga perintahku dengan sigap, memeriksa isi kantung gamis yang tadi kupakai.

"Ini, Mbak?" tanyanya, sambil mengacungkan kertas yang kucari sejak tadi.

"Alhamdulillah!" teriakku, ingin rasanya sujud syukur, tapi masih ribed dengan peniti yang sedang kupasang.

Tapi...

"Untuk mengakhiri acara kita sore ini, mari bersama kita tundukkan hati dan wajah kita, memohon kepada Allah...bla...bla...bla..."

Badanku lunglai, kepalaku berdenyut.

Aku gagal menunaikan amanah.

Apa kata mereka, teman-temanku nanti? Ah, selama ini mereka tidak pernah marah-marah menyalahkan, hanya mengingatkan baik-baik. Tapi tetap saja aku malu.

Tidak banyak yang tahu, aku dapat amanah ini, selain panitia, tapi bukan itu masalahnya.

Yang  jelas, ini akan jadi pertimbangan untuk amanah-amanah selanjutnya.

Aku telah mencoreng diri sendiri, mengurangi peluang amanah yang berpotensi mendapatkan pahala Allah.

Kepalaku terasa semakin berat, hidung terasa tersumbat, lho...kenapa yang kurasakan seperti kalau sedang kena migren ya?

Astaghfirullah...Alhamdulillah...Aku segera bangun dari tidur, walau terhuyung...segera ke kamar mandi.

No comments:

Post a Comment