Monday, June 23, 2014

Jauh dan Sendiri

Harish dengan gembira melepas saat aku berpamitan, tapi belum sampai satu jam perjalanan, Abi sudah SMS

"Harish kecapean nangis, trus ketiduran."

"Lho, kok nangis?"

"Waktu mau bobok, ingat Umi, terus nangis."

Ha ha ha sudah kuduga Yah, sudahlah, nggak bahaya juga. Dia ada di tangan yang aman. Aku pergi meninggalkan anak yang satu untuk mengurusi anak yang lain, he he. Semua anak toh mempunyai hak sesuai waktu dan kebutuhannya.

***
"Umi pergi sendirian, kok nggak takut?" tanya Hatif lewat inbox

"Ha ha ha masa penakut melahirkan anak-anak pemberani?"

"Iya juga, ya? He he."

Apa bukan pemberani kalau anak-anak belum sepuluh tahun sudah mau hidup terpisah dengan orang tuanya?

Apa bukan pemberani kalau lulus SMP sudah berani merantau dan berpetualang?

Orang tua yang bukan pemberani rasanya tidak mungkin bisa mendidik anak-anaknya menjadi pemberani, karena untuk mendidik dibutuhkan sebuah keyakinan, pelaksanaan dan keteladanan.

Mungkin selama ini, ke mana-mana aku selalu pergi bersama Abi, tau sebabnya? Karena aku nggak sanggup kalau pergi jauh bawa anak kecil sendirian, apalagi kalau sudah urusan MCK di perjalanan, iiiih, tersiksa. Bukan apa-apa, aku sangat tidak nyaman dengan pakaian lembab, sedang kalau urusan MCK diperjalanan, jelas sangat sulit menghindar dari hal itu, entah ujung jilbab, ujung lengan atau kaos kaki.

Jadi masalahnya bukan karena tidak berani, tapi dimanjakan, he he he.

Kadang-kadang potensi yang kita miliki terpendam dengan rapi, karena tidak diberi kesempatan untuk berkembang. Semakin dalam dan lama sebuah potensi dipendam, maka semakin besar energi yang dibutuhkan untuk mem-push up-nya untuk bisa digunakan.

Lebih parah lagi kalau kita tidak tahu bahwa dalam diri kita ada potensi yang luar biasa. Alih-alih melihat potensi, bahkan lebih sering menghitung kekurangan diri. Sayangnya, penghitungan kekurangan diri itu bukan menjadikannya rendah hati dan tidak sombong, justru membuat rendah diri alias minder kompleks.

Padahal ada ungkapan yang mengatakan, seorang hamba akan mengenali Tuhannya dengan baik jika dia mengenal dirinya. Nah! Artinya pengenalan potensi diri itu hal yang super penting dong?

Untuk dapat mengenali potensi diri, kita butuh lingkungan yang memberi kesempatan untuk  melihat dan mengembangkan potensi diri tersebut. Itu sebabnya, memilih lingkungan dan teman yang baik, merupakan syarat yang dianjurkan. Bahkan Rasulullah memberi tuntunan, ketika kita ingin melihat pribadi seseorang, maka lihatlah agama temannya. Jadiiii?

No comments:

Post a Comment