Tuesday, June 17, 2014

SEPERTI IBUNYA

Terapis itu datang, seperti yang dijanjikannya dua hari yang lalu.

Dengan santun, disalaminya ibu yang sedang terbaring lemah, layaknya seorang anak, diciumnya dengan lembut tangan keriput itu.

Dia bersedia datang dengan kemauannya sendiri, setelah dua hari lalu kami antar ibu ke tempat praktiknya. Tatapannya tak tega saat kami menggotong ibu dari mobil.

Setelah bertanya tentang perkembangan dua hari ini, dia mulai memeriksa kondisi ibu dengan menyentuhnya di bagian tertentu dengan cara dan tekanan yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang ditanyakannya pada kami, sambil memperhatikan reaksi ibu dari perubahan raut wajahnya.

Setelah yakin dengan diagnosanya, dia mulai memijat di bagian tubuh tertentu dan menusukkan jarum akupunktur di bagian yang lainnya. Terlihat begitu hati-hati dan lembut. Setelah dia yakin lokasi yang akan diambilnya, pandangannya beralih ke wajah ibu, sambil tangannya melakukan tindakan. Mungkin dia menyesuaikan dengan reaksi wajah ibu.

Setelah selesai dengan terapinya, dia masih menambahkan usapan lembut di dahi ibu. Walaupun ibu belum bisa berkomunikasi, tetap saja saat berpamitan, dia berbisik di telinga ibu dan mencium tangannya.

Aku malu! Semua sikap dan caranya, menunjukkan kasih sayang yang tulus. Dia tidak sekedar mengobati dengan ilmunya, tapi juga menyertakan hatinya.

"Ini ladang pahala untuk anak-anaknya, manfaatkan sebaik-baiknya."

Itu pesannya pada kami anak-anak ibu yang sedang berkumpul. Dia juga berpesan, jangan pernah tinggalkan ibu sendirian dan selalu perdengarkan ayat-ayat suci Al Qur'an.

No comments:

Post a Comment