Saturday, June 28, 2014

Siasat

<p>Yang kita rindukan, harapkan, sudah hadir. Allah izinkan kita berjumpa dengan Ramadhan yang penuh berkah. Apa-apa yang diperlukan, sudah dipersiapkan.

Hmm, malam pertama.

Tarawih, dapat, walau di rumah.

Tilawah, dapat.

Mengulang hafalan, dapat.

Jam tiga dini hari alarm hp berbunyi, Alhamdulillah. Suara di masjid sekitar rumah bersahut-sahutan membangunkan orang untuk sahur. Di selingi suara tilawah di masjid yang lain.</p>

Di lingkunganku, sulit mengharapkan suasana hening di sepertiga malam terakhir saat bulan Ramadhan. Kadang sampai menangis menahan hati menghadapi suasana seperti itu. Bertolak belakang dengan kesungguhan diri mempersiapkan menyambut Ramadhan, dengan harapan mendapatkan keberkahannya, tapi apa lacur?

"Bi, itu suara dari masjid komplek kita bukan, sih?" tanyaku, setelah melewati dua rakaat lail tanpa khusyu' sedikitpun.

"Nggak tau! Ya biarlah, mereka kan membangunkan orang untuk sahur."

Hhh, jawaban yang sangat tidak memuaskan. Sepertinya tipis harapan untuk bisa menyiasati lingkungan.

Mau tidak mau upaya itu harus dari dalam diri sendiri.

Idealnya, Ramadhan bulan penuh berkah. Allah menjanjikan pahala berlipat ganda dari setiap ibadah yang dilakukan.

Idealnya, ada peningkatan ibadah di bulan ini, baik dari kualitas maupun kuantitasnya.

Tapi pada kenyataannya?

Di bulan lain, bangun sepertiga malam terakhir sepenuhnya bisa digunakan untuk ibadah, sholat, tilawah, tadabbur, dzikir.

Apa yang dilakukan seorang ibu di sepertiga malam terakhir di bulan Ramadhan? Sibuk menyiapkan hidangan sahur, membangunkan anak-anak, membujuk si kecil yang sedang berlatih puasa, dll. Bagaimana dengan Sholat malam? Tilawah? Tadabbur? Dzikir?

"Menyiapkan sahur, kan ibadah juga? Ibarat menyiapkan perlengkapan perang yang akan pergi berjihad. Berpahala juga kok."

Bukan masalah pahala! Tak khawatir masalah pahala, Allah Maha Kaya dengan perbendaharaannya, tak kan kehabisan pahala untuk semua hamba-Nya.

Yang jadi masalah, apakah kita merasakan kenikmatan sholat malam ketika menyiapkan hidangan sahur?

Apakah kita merasakan indahnya munajat ketika sibuk membangunkan anak-anak?

Ini masalah besar yang harus dicari solusinya. Kalau tidak berhasil menyiasatinya, bisa-bisa kecewa lagi di akhir Ramadhan. Belum lagi nanti kendala-kendala yang muncul di akhir Ramadhan menjelang Lebaran?

Sungguh! Perjuangan seorang ibu memang tidak mengenal tempat dan waktu!

No comments:

Post a Comment