Saturday, May 31, 2014

SADAR DIRI

Memahami orang lain itu tidak mudah! Beneran!

Apalagi orang lain itu tidak pernah kita temui langsung. Hanya di dunia maya. Dunia baru yang belum terlalu lama kumasuki.

Mungkin sebagian orang menganggap dunia maya benar-benar dunia lain yang tidak perlu dipikirkan seperti kita memikirkan dunia nyata kita, tapi tidak bagiku.

Dunia maya adalah bagian dari dunia nyata, yang bisa kita perlakukan layaknya dunia nyata.

Sebagai contoh, alangkah banyaknya orang menangguk keuntungan dan kelimpahan rizki karena mampu menggarap dunia maya?

Alangkah banyak orang menebar fitnah di dunia maya dan berujung perseteruan di dunia nyata?

Alangkah banyak orang mengawali kejahatan dari dunia maya?

Maka, ketika aku memasuki dunia baru ini, ingin menjadikannya sebagai lahan untuk berbuat kebaikan, baik itu dengan cara pertemanan baru, menyambung silaturahim yang sempat terbengkalai karena tak sempat bertatap muka, mencari ilmu tanpa biaya, menghemat waktu dalam mencari informasi juga mencari dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan yang menginspirasi dan memotivasi.

Kalau orang lain bisa menangguk keuntungan materi lewat dunia maya, mengapa aku tak boleh mencari bekal akhirat di dalamnya? Ah, siapa juga yang melarang, ha ha.

Pertemanan di dunia maya, kadang kala mampu mengaduk-aduk perasaanku. Ada yang begitu bersahabat, ada yang begitu ta'dzim menganggapku orang tuanya sendiri, ada yang manja, ada yang senang curhat, ada yang biasa saja, ada yang berlaku seperti guru yang membimbing, ada  yang bersikap seperti musuh, ada yang sangat sensitif dan sebagainya.

Aku menyadari, seperti apa sikap orang terhadapku, bisa jadi merupakan gambaran bagaimana sikapku pada orang lain.

Jika ada seorang teman yang bersikap ta'dzim, bisa jadi dia merasa sikap dan komentarku menunjukkan sebagai ibu yang bijaksana  atau karena yang bersangkutan pandai bersikap santun kepada siapa saja, nah kebetulan aku yang lewat, maka sikap baik itu yang aku terima.

Jika ada yang bersikap manja padaku, bisa jadi karena sikapku yang memanjakannya atau mungkin karakternya yang manja pada siapa saja, tapi tetap saja aku berpikir positif, bahwa sikapnya memang tertuju khusus padaku, geer dikit, nggak papa lah, menyenangkan diri, he he

Ada juga yang...masyaallah, sensitifnyaaaa. Entahlah, hanya padaku atau memang sifatnya begitu. Aku pikir, status seseorang, sudah direlakan pemiliknya untuk dikomentari oleh siapapun, tapi terkesan, ada yang merasa terganggu jika ada yang mengomentari Apakah komentator harus lihat-lihat dulu, nih yang buat status lagi ngobrol dengan orang lain, jangan diganggu atau gimana ya? Kadang nggak ngerti juga, bahkan aku merasa terpojok, hhhh.

Jika ada yang meremehkan, menganggapku tidak cerdas, bahkan sampai keluar kata umpatan yang menghina, hmm, panas juga sih, tapi...tenangkan diri dulu. Bisa jadi memang sikap dan komentarku tengil dan memancing emosi atau mengusik harga dirinya, walaupun tak ada sedikitpun niat dalam hatiku seperti itu. Di sini kuanggap adanya hambatan psikologis, karena masing-masing tidak bisa membaca bahasa tubuh, yang lebih mudah dipahami sebagai ekspresi kondisi kejiwaannya, maklumlah, kan nggak melihat orangnya, sedang senyum ataukah cemberut. Lalu, apa sikapku? Maafkan dia, seperti akupun ingin dimaafkan ketika tanpa sengaja aku melakukan hal yang sama. Blokir pertemanan? No, itu bukan gayaku! Aku mencari teman dan menerima pertemanan untuk dilanggengkan, selagi bisa. Harapannya, saling tukar manfaat masih bisa diteruskan, kalau tidak sekarang, bisa jadi suatu saat nanti.

Kadang ada juga yang bersikap kurang ajar! Ah, biarlah, mungkin dia tidak pernah menengok akun, dan tidak tahu bahwa aku orang tua seusia ibunya atau lebih tua lagi, karena dia hanya sempat melihat ppku, yang lebih sering menampilkan anak bungsuku, he he.

Memang tidak mudah mengenal dan memahami orang lain seutuhnya. Kadang kita sudah merasa akrab, dekat dan mampu menyelami perasaannya, ternyata...ha ha ha.

Wajar sajalah! Dengan suami yang sudah hidup bersama lebih dari dua puluh tahun, dengan anak yang merupakan bagian dari diri sendiri pun, sekali waktu merasa ada hal-hal yang sulit dipahami.

Mengapa?

Ini masalah hati! Yang hanya Dia yang kuasa mengendalikannya.

Hati manusia sulit ditebak, bahkan oleh sipemiliknya. Pernah mengalami, pagi gembira luar biasa, sore bersedih tiada tara? Dulu cinta setengah mati, bahkan seakan rela mati, kini benci alang kepalang, seakan bila bertemu ingin ditelan. Hiiiih! Sadis!

Yah, sudahlah. Kembali ke diri, yang tentunya relatif lebih mudah dikendali, daripada mengharapkan orang lain mengerti dan memahami.

No comments:

Post a Comment