Tuesday, May 20, 2014

MENGAPA SYAHADAT?

Sudah agak lama Richie nggak muncul. Sempat ada tanda tanya dalam benak Umi, ada apa dengan Richie?

Belum sempat Umi menebak-nebak, batang hidungnya yang mbangir sudah nongol sambil nyengir, ck ck ck.

"Lama nggak nongol, kemana aja Chie?" Umi langsung menyambutnya dengan pertanyaan

"Idiiih, Umi kangen yaaa sama Richie?" jawabnya sambil plengah-plengeh.

"Wuuus! Ge errrr," balas Umi, sambil mencibir.

"Umi lagi mikirin Richie, kaaaan?" Richie memaksa.

"Lha iya, biasanya kan tongal-tongol nggak pake waktu, kenapa? Belum ada yang mau ditanya ke Umi, ya?" ha ha Umi, nggak mau kalah, ganti menuduh Richie

"Mi, lapar, ada makanan apa?" Richie mengalihkan pembicaraan.

"Ada, bubur jagung, mau?"

"Kok bubur jagung terus, sih? Kebab ngapa, sekali-kali?"

"Halah, gaya. Wong Tegal minta kebab! Doyan apa?"

"Umi! Gini-gini selera Richie internasional, lho," jawabnya, sambil monyong khas Richie.

"Selera internasional kok bangga. Yang di rumah Harish, dia lagi senang bubur jagung, ya Umi buat bubur jagung, entah nanti kalau Hatif di rumah, terbiasa dengan makanan Turki, mungkin ketemu kebab di rumah Umi."

"Lama banget, mau makan kebab nunggu Hatif pulang, dua tahun lagi? Laah, Richie beli sendiri lah, di pinggir jalan juga ada, Umi mau?" tanyanya. Umi menggeleng

"Umi pernah nyoba, nggak cocok di lidah Umi. Enakan combro"

"Ha ha ha, Umi, ya nggak level, masa kebab dibandingin combro?"

"Kenapa nggak level? Namanya selera, ya suka-suka, jangan maksa ah. Umi nggak malu kok, nggak suka makanan internasional," jawab Umi, cemberut.

"Iya, iya, gitu aja ngambek. Mi, Richie mau tanya, nih," lanjut Richie.

"Tuuh, kan. Kalau nyari Umi artinya ada yang mau ditanya, hayo, ngaku!"

"Sebenarnya, nggak juga, cuma kalau ketemu Umi, yang tadinya nggak ada niat tanya, jadi inget, ada yang mau ditanya, nggak tau deh, ada apa di wajah Umi, kok selalu menimbulkan keinginan untuk bertanya. Sayang, kalau ketemu Umi, nggak ada yang ditanya, nggak nambah ilmu, getooo!"

"Halah! Nggombal!" jawab Umi, bersemu malu, berusaha menutupi rasa senangnya.

"Serius! Beneran, Mi. . ." belum sempat Richie melanjutkan, sudah dipotong Umi.

"Iya, iya, percaya, nggak usah pake suerrr! Dah, mau tanya apa?"

"Tadi Bang Kho nanya, kenapa kok rukun Islam pertama syahadat?"

"Trus Richie jawab apa?"

"Ya karena begitu urutannya"

"Apa kata Bang Kho?"

"Senyum aja malah, nggak kasih komentar, Tapi sebelum pulang, kami diberi tugas untuk memikirkan dan mencari tahu,kira-kira, kenapa kok syahadat jadi rukun pertama."

"Richie pernah mengikuti prosesi seorang mualaf masuk Islam?"

"Pernah, sekali"

"Apa yang diucapkan sebagai tanda bahwa dia sudah jadi muslim?"

"Baca kalimat syahadat," jawab Richie, mantap.

"Jadi, kesimpulannya apa?"

"Syarat masuk seseorang ke dalam Islam, ya, Mi?"

"Ya, syahadat merupakan pintu masuk ke dalam Islam. Selain itu dalam ucapan dua kalimat syahadat terkandung intisari ajaran Islam yang merupakan hakekat da'wah para rasul, yaitu mengajak manusia hanya tunduk kepada Allah."

"Kalimat sependek itu berisi intisari ajaran Islam?" tanya Richie, heran.

"Bahkan, dengan energi dari kalimat syahadat ini, begitu banyak manusia menjadikan kalimat ini sebagai dasar reformasi total, dan satu lagi, kalimat inilah yang menjadi tiket untuk memperoleh surga."

"Subhanallah, dahsyat banget? Jelasin, Mi, sepertinya asyik banget," kata Richie, antusias.

"Weee, itu sih bagian Bang Kho," jawab Umi, tegas.

"Ya udah deh, nggak pa pa, yang ini juga sudah cukup," Richie kelihatan gembira, tapi seperti ada yang disembunyikan, membuat Umi curiga.

"Hayoo, Richie! Ada rencana apa, kok senyum-senyum?" tanyanya, penuh selidik.

"Iiih, Umi, kok tau yang Richie pikirin, sih?"

"Mau ngaku, nggak?"

"Iya, Richie ngaku. Pasti Uvy, Gugum dan Yuli belum dapat jawabannya, hmm, sekali-sekali dong, Richie yang jawab duluan dan benar," jawab Richie, dengan senyum bangga.

"Huuu, pantesan!"

Umi sangat bahagia, melihat Richie begitu antusias mempelajri Islam, semoga nggak cepat bosan.

No comments:

Post a Comment