Ini tentang perasaan seorang
ibu, ya, tentang perasaanku.
Sebagai seorang ibu yang
diamanahi anak yang tidak sedikit untuk ukuran zaman sekarang.
Aku merasakan ketakutan dan
kecemasan yang luar biasa, bila mengingat besarnya amanah mendidik anak-anak di
zaman yang heeh!. . . sangat meresahkan.
Ketika kutemui salah satu
anak melakukan kebohongan di masa kecilnya, yang mungkin dianggap orang lain
hal biasa, masa coba-coba, maka aku menghadapinya dengan alis yang bertaut.
Memikirkannya begitu dalam, bagaimana nanti pengaruhnya pada perkembangan
kepribadiannya? Ini bibit yang akan dengan mudah tumbuh subur bila bertemu
situasi yang kondusif! Bagaimana mencegah perkembangannya, kalau bisa
membunuhnya tanpa membunuh kretifitasnya?
Kadang kepanikan muncul
tanpa diundang, dan hal itu biasanya
akan menyebabkan tindakan yang membabi-buta dan kurang terkontrol, misalnya
dengan menegur dengan keras atau memarahinya bahkan bisa jadi sampai menghukum
fisik. Itu semua semata-mata karena rasa sayang kepada mereka, jangan sampai
mereka terjerumus pada murka Allah, bukankah dusta merupakan akar dari
dosa-dosa lainnya? Juga rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikanNya.
Selain itu, perkembangan
yang marak belakangan ini, begitu mudahnya mengakses internet yang menyediakan
informasi. Tidak mengenalkan atau melarang sama sekali mereka kenal dengan
dunia itu, tidak sejalan dengan program sekolah, yang sekarang sering sekali memberi
tugas dengan mencari informasi dari internet. Ada yang menasihatkan, bekali
mereka dengan agama, tanamkan keimanan. Bukan mau membantah, sebagai orang tua
tentu saja itu hal utama yang kami ajarkan dan contohkan, tetapi menanamkan
iman dan membuat mereka merasakan kehadiran Allah di manapun mereka berada,
merasakan pengawasan Allah terhadap apaun yang mereka lakukan, bukan sesuatu
yang instan. Kita berburu cepat, bersaing kesabaran dan adu cerdas dengan
teknologi dan pengaruh lingkungan.
Nah, lebih paranoid lagi
kalau sudah membaca dan mendengar berita tentang kejahatan seksual. Kejahatan
itu bukan hanya ada di berita TV, koran atau internet, tapi ada di lingkungan
dekat, lingkungan pergaulan.
Kejahatan itu bisa menimpa siapa saja dari
anak-anak kita, remaja, anak-anak bahkan balita, laki-laki maupun perempuan.
Pelakunyapun beragam, dari orang asing, orang dekat bahkan keluarga inti.
Jadi, bagaimana? Sanggupkah hidup
terus menerus dalam ketakutan dan kekhawatiran?
Itu semua solusinya hanya
satu, tawakkal pada Allah. Sekali-sekali muncul, itu biasa, sebagai alarm,
tanda peringatan kita untuk selalu waspada. Sebagai orang tua kita tidak akan
sanggup menjaga mereka selama 24 jam terus menerus tanpa jeda. Tidak mungkin
selamanya mereka ada di dekat kita. Melakukan yang terbaik, mengeluarkan semua
potensi yang kita miliki untuk membimbing, mendidik dan mengarahkan mereka
adalah hal mutlak yang harus kita lakukan, kemudian serahkan semuanya pada
Allah, karena dialah Al Hafidz, Yang Maha Menjaga.
tawakal mak...
ReplyDeletebetul, itu caranya menetralisir dan bisa menjalani hidup ini dengan senyum
ReplyDelete