Tuesday, May 13, 2014

PARANOID



Ini tentang perasaan seorang ibu, ya, tentang perasaanku.

Sebagai seorang ibu yang diamanahi anak yang tidak sedikit untuk ukuran zaman sekarang.

Aku merasakan ketakutan dan kecemasan yang luar biasa, bila mengingat besarnya amanah mendidik anak-anak di zaman yang  heeh!. . . sangat meresahkan.

Ketika kutemui salah satu anak melakukan kebohongan di masa kecilnya, yang mungkin dianggap orang lain hal biasa, masa coba-coba, maka aku menghadapinya dengan alis yang bertaut. Memikirkannya begitu dalam, bagaimana nanti pengaruhnya pada perkembangan kepribadiannya? Ini bibit yang akan dengan mudah tumbuh subur bila bertemu situasi yang kondusif! Bagaimana mencegah perkembangannya, kalau bisa membunuhnya tanpa membunuh kretifitasnya?

Kadang kepanikan muncul tanpa diundang, dan hal  itu biasanya akan menyebabkan tindakan yang membabi-buta dan kurang terkontrol, misalnya dengan menegur dengan keras atau memarahinya bahkan bisa jadi sampai menghukum fisik. Itu semua semata-mata karena rasa sayang kepada mereka, jangan sampai mereka terjerumus pada murka Allah, bukankah dusta merupakan akar dari dosa-dosa lainnya? Juga rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikanNya.

Selain itu, perkembangan yang marak belakangan ini, begitu mudahnya mengakses internet yang menyediakan informasi. Tidak mengenalkan atau melarang sama sekali mereka kenal dengan dunia itu, tidak sejalan dengan program sekolah, yang sekarang sering sekali memberi tugas dengan mencari informasi dari internet. Ada yang menasihatkan, bekali mereka dengan agama, tanamkan keimanan. Bukan mau membantah, sebagai orang tua tentu saja itu hal utama yang kami ajarkan dan contohkan, tetapi menanamkan iman dan membuat mereka merasakan kehadiran Allah di manapun mereka berada, merasakan pengawasan Allah terhadap apaun yang mereka lakukan, bukan sesuatu yang instan. Kita berburu cepat, bersaing kesabaran dan adu cerdas dengan teknologi dan pengaruh lingkungan.

Nah, lebih paranoid lagi kalau sudah membaca dan mendengar berita tentang kejahatan seksual. Kejahatan itu bukan hanya ada di berita TV, koran atau internet, tapi ada di lingkungan dekat, lingkungan pergaulan. 

Kejahatan itu bisa menimpa siapa saja dari anak-anak kita, remaja, anak-anak bahkan balita, laki-laki maupun perempuan. Pelakunyapun beragam, dari orang asing, orang dekat bahkan keluarga inti.

Jadi, bagaimana? Sanggupkah hidup terus menerus dalam ketakutan dan kekhawatiran?

Itu semua solusinya hanya satu, tawakkal pada Allah. Sekali-sekali muncul, itu biasa, sebagai alarm, tanda peringatan kita untuk selalu waspada. Sebagai orang tua kita tidak akan sanggup menjaga mereka selama 24 jam terus menerus tanpa jeda. Tidak mungkin selamanya mereka ada di dekat kita. Melakukan yang terbaik, mengeluarkan semua potensi yang kita miliki untuk membimbing, mendidik dan mengarahkan mereka adalah hal mutlak yang harus kita lakukan, kemudian serahkan semuanya pada Allah, karena dialah Al Hafidz, Yang Maha Menjaga.







2 comments: