Saturday, May 24, 2014

BABY SITTER

Ibu Dewi sedang menggendong cucunya di beranda rumah, ketika Ibu Maya lewat dengan mendorong kereta bayi sambil menuntun bocah usia tiga tahunan.

"Mau ke mana, Bu? Mampir," sapa Ibu Dewi, ramah.

Bu Maya menghentikan langkah. Sebelum menjawab, ditariknya cucunya ke tepi jalan, karena ada motor yang lewat.

"Jalan-jalan, Bu Dewi, nih Ikhsan minta ke luar rumah, sekalian nyuap adiknya," jawab Bu Maya, sambil memasuki beranda rumah.

"Baby sitternya, ke mana?" tanya Bu Dewi.

"Sudah sebulan ini tidak ada lagi, ya saya yang jadi baby sitter."

"Nggak cari lagi?"

"Sekarang susah cari baby sitter yang sesuai keinginan, ada yang cocok, tapi mahal banget. Ada yang agak murah, tapi sangat tidak memuaskan. Ya sudah, saya juga sudah pensiun, nolong anak juga."

"Nggak cape, Bu?" tanya Bu Dewi.

"Wah, jangan ditanya. Namanya juga badan sudah reyot, ngurus Ikhsan yang maunya diikuti terus, belum lagi ngurus segala keperluan adiknya yang baru delapan bulan, kadang terpaksa sambil mengejar Ikhsan, sambil menggendong adiknya. Hmm, kalau malam, rasanya badan remuk, susah tidur." jawabnya panjang lebar.

"Apa memang nasib semua orang tua seperti kita, ya Bu?" tanya Bu Dewi

"Maksudnya?" Bu Maya belum faham

"Inginnya, di masa tua, saatnya istirahat, banyak ibadah, menikmati dirawat anak, ini kok malah sebaliknya? Saat anak-anak masih kecil, waktu kita habis untuk urusan mereka, sekarang, mereka sudah besar-besar, malah kita yang momong anaknya," keluh Bu Dewi.

"Mau bagaimana lagi? Saya nggak enak menolak, soalnya dulu saya juga begitu. Dari pagi sampai menjelang sore ke kantor, anak-anak di rumah dengan neneknya," jawab Bu Maya, terasa ada penyesalan dalam nada suaranya.

"Sebenarnya saya nggak ada hutang, karena sejak dulu saya full di rumah, tapi melihat kondisi sekarang, kok nggak tega juga, melihat anak-anak kerepotan mencari cara, bagaimana tetap bisa bekerja tanpa direpoti urusan anak-anak."

"Tapi kapan kita mau menikmati ibadah tanpa diganggu kerepotan anak-anak, ya? Dulu, waktu muda menunda belajar ngaji, nggak sempat ibadah, pikirnya nanti pas tua waktunya dihabiskan untuk ibadah, tapi nyatanya? Semakin tua, semakin nggak bisa, kalau cucu tidur, badan sudah terkapar, gimana mau ibadah?" keluh Bu Maya.

"Apa kita salah dalam mendidik ya? Kita arahkan anak-anak perempuan untuk sekolah tinggi agar nantinya mudah masuk dunia kerja. Konskuensinya, harus ada yang menggantikan posisinya di rumah, terutama urusan anak-anak, baik mencukupi keperluannya atau mendidik mereka," kata Bu Dewi.

"Mungkin begitu, Bu Dewi. Butuh keberanian anak-anak kita untuk mengubah keadaan ini, kalau tidak, maka mereka juga akan bernasib seperti kita di hari tuanya."

No comments:

Post a Comment