Monday, May 26, 2014

LUPA UMUR

Harish segera turun dari motor dan berlari masuk rumah

":Abi, Abi, tadi Umi hebat banget loh," lapornya, penuh semangat..

Abi yang sedang duduk di ruang tamu, tersenyum menyambutnya.

"Salamnya, mana?"

"Eh, iya, lupa, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam. Sini, apanya yang hebat?" tanya Abi, sambil meraih tubuh Harish, lalu dipangkunya.

"Tadi Umi nyetir motornya kebut banget, hiiih, kayak pembalap, kejer-kejeran sama o'om-o'om."

Abi memandangku, minta penjelasan. Aku nyengir.

"Tadi ada yang ngebalap kita Bi, trus sama Umi dikejer, ya jadi kejer-kejeran gitu," kata Hafa menjelaskan kejadian di jalan barusan.

Adakalanya aku harus menggantikan Abi menjemput anak-anak, kalau dia sedang ada kegiatan yang tidak bisa ditinggal atau sedang kurang sehat, dan Harish selalu ikut. Tadi memang ada pengendara motor yang menyalib, membuatku sempat kaget. Terlihat motornya baru, sepertinya anak muda. Hatiku sempat panas, sudah tahu wanita dengan membonceng tiga orang anak dengan motor tua, nyalib seenaknya. Aku ingin tunjukkan dan mengingatkan, jangan suka meremehkan orang lain yang dipandang lebih rendah, semutpun kalau diinjak akan menggigit. Mentari siang hari yang terik menambah panasnya hati. Kutambah kecepatan motor, mengejarnya. Kebetulan suasana jalan tidak terlalu ramai, sehingga dengan mudah aku menyusulnya. Rupanya dia juga panas, maklumlah, anak muda. Mungkin dia berfikir, malu amat dibalap emak-emak, dengan motor tua lagi! Dia mengejar dan berhasil mendahului, kutambah lagi kecepatan, gantian, dia tersusul lagi. Ha ha, dia tambah juga kecepatan, menyusul. Kubiarkan saja, laju motor kuperlambat, sebab harus berbelok menuju komplek rumah, pulang!

"Umi bisa bawa motor kelas berapa sih? Perasaan Husna, Umi jarang bawa motor, tapi kok bisa kebut-kebutan?" tanya Husna.

"Kelas enam SD"

"Pantesan! Dulu waktu muda, Umi sering kebut-kebutan ya?"

"Nggak juga, kecuali diperlukan."

"Harish takut nggak, naik motor seperti tadi?" tanya Abi.

"Nggak lah, malah seneng," jawabnya, sambil melorot dari pangkuan Abi.

"Emang jalan berapa tadi?" bisik Abi.

"Lah, motor tua, paling bisanya berapa"

"Jalan tujuh puluhkan masih bisa?"

"Ya sekitar itulah," jawabku.

"Umiii!" Abi mendelik, aku nyengir.

Jujur, kalau sedang bawa motor aku lupa umur, he he, hampir setengah abad.

No comments:

Post a Comment