Friday, August 1, 2014

Terlambat Yang Menguntungkan

<p>Ada ya? Terlambat apa? Siapa yang diuntungkan?

Oke, begini ceritanya.

Hari ini jadwal kedua jadwal piket di posko mudik. Teman tugasku seorang ibu di bidang akupresur, seorang ibu perawat utusan puskesmas, dua perawat utusan rumah sakit, dua pendamping dari dinas kesehatan, dan seorang petugas mobil kesehatan yang siaga di samping posko</p>

Dari pagi hanya satu dua orang pasien yang datang, sampai jam tiga sore dua ibu dan pendamping dari dinkes pamit pulang.

Aku? He he, lagu lama, Abi biasa menjemput terlambat, maklumlah, banyak agenda dan sering macet di jalan. Sambil menunggu Abi, aku ngobrol dengan dua perawat utusan ruah sakit. Dua perawat pria, masih muda. Yang satu panggilannya Fian, orangnya mirip #Richie. Yaa, beda sedikit. Richie sedikit lebih gantheng, tapi lebih banyak Fian  :p .

Jam tiga seperempat, seorang petugas dari kepolisian masuk posko.

"Mas! Tolong, ada kejadian!"

Dua perawat temanku segera ke luar posko menyambut korban, aku menyiapkan tempat tidur.

Seorang bapak lumayan tua dipapah polisi, diikuti seorang wanita, ternyata istrinya. Lutut kanannya luka cukup parah.

"Mana yang paling sakit, Pak?" tanyaku.

Beliau menunjukkan bahu kanannya, setelah kuperhatikan ternyata tidak simetris dengan yang kiri.

"Sepertinya sendi bergeser, semoga tidak ada tulang yang patah. Sebentar lagi suami saya datang, spesialisasinya masalah sendi dan tulang, sebentar ya Pak, semoga bisa ditolong."

Dua perawat temanku membersihkan dan mengobati lukanya, sesaat Abi datang. Segera kuceritakan apa yang terjadi dan memintanya menginspeksi korban dan kemungkinan apa yang bisa dilakukannya.

Setelah perawat beres dengan pekerjaannya, giliran Abi bertindak. Untunglah korban mudah diajak kerjasama, sehingga pekerjaan bisa dilakukan dengan baik. Sayangnya, perlengkapan yang tersedia tidak ada yang untuk kasus seperti ini. Dengan keterbatasan alat, akhirnya pekerjaan tidak tuntas, hanya pertolongan pertama.

Dari obrolan, ternyata mereka dari Cuku Balak menuju Serang dengan berkendara motor. Kalau tidak salah, sekampung dengan #Vie.

Sempat kebingungan, saudara yang dihubungi tidak ada yang mengangkat saat ditelpon. Mau melanjutkan perjalanan, jelas tidak mungkin, mengendarai motor dengan kondisi tangan seperti itu.

"Bapak dan Ibu istirahat dulu sambil menunggu saudara yang mungkin nanti bisa dihubungi. Jangan terburu-buru pulang, bisa lebih fatal akibatnya," saranku, setelah beberapa alternatif solusi kami bicarakan.

Jam empat sore, kami berpamitan. Biarlah petugas lain yang membantu mereka.

Sepanjang jalan aku berpikir, seandainya Abi tidak terlambat, tentu kami tidak mendapat kesempatan membantu bapak tadi.


No comments:

Post a Comment