Thursday, August 28, 2014

Umi Pamer

Terlihat Richie memasuki halaman rumah Umi dengan wajah cemberut.

"Kalau mau ketemu Umi, coba wajahnya diganti dulu, Nggak enak banget liatnya," tegur Umi setelah menjawab salam Richie.

"Umi juga yang buat wajah Richie begini."

"Kok bisa?" alis Umi naik, gagal paham.

"Umi malu-maluiin Richie."

"Masalah apa? Ngomong yang jelas ngapa?" halah, Umi ketularan aura cemberutnya Richie.

"Tadi Bang Kho Zin bilang, Umi pamer!"

"Pamer apaan, sih?"

"Umi kemarin up load buku-buku antologi kan?"

"Healaaaah! Perhatian banget Bang Kho Zin sama Umi, ya?"

"Mulaiiii, kege erannya kumat," Richie sewot.

"Ha ha ha, nggak usah sewot ah! Tambah jelek! Apa namanya kalau bukan perhatian?"

"Ya Uminya siiih, ngapa juga di up load? Simpen aja sendiri kenapa?"

"Memang Richie nggak ngiri kalau ada temen kita dah punya buku atau menang event menulis? Nggak pengen seperti mereka?"

Richie tercenung mendapat pertanyaan Umi, seakan menohok jantungnya.

"Iya, Mi. Ngiri pake banget, jadi greget untuk bisa seperti itu, kalau bisa melebihi."

"Nah! Itu tujuan Umi. Membuat iri dan berefek memotivasi," kata Umi sambil menjentikkan jari, padahal ha ha ha nggak bunyi.

"Tapi kok tadi Richie merasa, kesannya nggak enak ya, waktu Bang Kho ngomongin Umi?"

"Coba cek suara hati Richie, setuju nggak dengan penilaian Bang Kho?"

Richie kembali merenung, mencari apa yang menyebabkan ganjalan di hatinya.

"Iya sih, dari awal mendengar penilaian Bang Kho, Richie merasa nggak setuju. Richie kan tau banget sama Umi," aha ha, Richie sudah bisa tersenyum, manis lagi.

No comments:

Post a Comment