Thursday, August 28, 2014

Lomba Dan Menang

"Siapa yang menang?"

"Kok dia sih, di mana bagusnya?"

"Halah! Jurinya asal-asalan!"

"Wajar dia menang, sohibnya."

Itu pernyataan-pernyataan yang sering kita dengar di arena pengumuman lomba.

Setiap lomba, biasanya ada pemenangnya, walaupun ada juga satu-dua lomba yang tidak memunculkan juara satu atau dua dengan alasan tidak memenuhi kriteria yang ditentukan penyelenggara lomba.

Beberapa waktu lalu, seorang teman memintaku menjadi juri lomba untuk penulisan opini. Awalnya aku tertawa, karena mengukur diri, tapi alasannya bisa kuterima. Untunglah bukan jadi juri tunggal, jadi beban moralnya bisa dipikul bersama.

Pilihan jatuh padaku, bukan karena sudah ahli, tapi semata-mata karena aku termasuk yang sering posting tulisan sejenis itu, dan menurutnya bagus he he, ge er.com. Dan alasan utama, karena ada senior yang sebenarnya sangat layak untuk itu, tapi khawatir merepotkan, mengingat kesibukannya.

Sebagai juri, sekecil apapun event, harus berusaha untuk adil. Itu prinsip! Maka dalam menentukan kriteria penilaian pun, tidak asal-asalan, termasuk penghitungan bobot penilaian untuk setiap kriteria.

Bagaimana pun, sebagai juri, juga harus menyiapkan mental untuk menghadapi ketidak puasan peserta, yang diungkapkan terus terang atau dalam bentuk sikap yang berbeda. Hal itu sangat wajar, mengingat ini jenis lomba yang rawan subyektifitas. Mau diupayakan seobyektif apapun, tetap akan sulit, karena penilaiannya bukan benar atau salah, tapi sangat bagus, bagus, kurang bagus atau jelek. Walaupun sudah diusahakan untuk mengkuantitaskannya dalam bentuk angka, tetap saja penentuan bagus dan tidak, ini menyangkut rasa dan selera yang bersifat subyektif.

Aku suka berseloroh, menjadi juri by feeling. Menjadi juri dengan memposisikan diri sebagai pembaca, mengingat keilmuanku tentang kepenulisan masih sangat-sangat sedikit. Selama ini aku menulis lebih fokus pada pesan yang ingin kusampaikan, walaupun masalah teknik penyampaian dengan kualitas tulisan yang bagus terus kulakukan. Sebuah keyakinan, dengan semakin banyak menulis, maka ketrampilan itu akan terasah dengan sendirinya. Mengingat kondisi, maka gaya belajar pun kusesuaikan. Wajar kalau kemajuan dalam ketrampilan menulis tidak secepat yang diharapkan.

Setelah lomba, aku membuat tulisan dengan tema sejenis. Bukan untuk menunjukkan pada peserta tulisan seperti apa yang benar atau bagus, tapi semata ingin merasakan apa yang sudah dilakukan peserta. Juga menguji orisinalitas ide, karena sering terjadi, dalam penulisan opini, bukan pendapat penilis yang disampaikan, tapi lebih banyak menyampaikan kembali ide dari referensi yang diambilnya. Selain itu juga menunjukkan bahwa tidak setiap kita menyatakan karya seseorang itu kurang bagus, otomatis kita bisa membuatnya yang lebih bagus. Menilai adalah menikmati, membuat adalah berkarya, dua kemampuan yang berbeda.

Belum lagi kalau kita melihatnya dari sudut sponsor. Seseorang menjadi sponsor, karena punya tujuan. Lomba ini diadakan karena sponsor ingin berbagi kabahagiaan sekaligus mengajak teman-teman yang mempunyai hobi menulis untuk mengasah ketrampilannya. Siapapun yang menang, tidak ada yang dirugikan.

Sebagai orang yang mempunyai hobi yang sama, selama ini aku senang mengikuti event-event menulis, itupun kalau aku sempat. Semua jenis tulisan yang dilombakan ingin aku coba, untuk menjajagi diri, di jenis tulisan seperti apa aku lebih potensial. Mengharap menang, itu pasti. Tapi andainyapun kalah, ya nggak masalah, setidaknya dari situ kemampuan diri terukur, walaupun ukurannya tergantung juri.


2 comments: