Saturday, August 23, 2014

Curhat Sang Hafidz

<p>"Aku di sini benar-benar menjaga hafalan Qur'an di dalam keseharian yang lebih padat dan disiplin. Seperti jadi tentara, Mi. Tapi ini katanya masih awal-awal banget...belum pertengahan nanti. Waktu ngulangku kapan coba, Mi??? Pagi sesudah subuh  sampai jam delapan kadang nggak tidur pagi...selain itu, nggak ada lagi waktu yang diberi hoca untuk ngulang...entah kenapa? Sudah banyak pelajaran, PR menumpuk, dll. Ya semoga doa Umi, Abi dan kawan-kawan nggak sia-sia untukku."</p>

Laa haula wala quwwata illa billah.

Tumpah air mataku membaca pesan di inbox. Betapa berat perjuangannya.

Ini tahun kedua masa belajarnya di Turki. Di usianya yang masih belia, baru tujuh belas tahun, tapi perjuangannya tak sanggup kubayangkan, bila harus kupikul.

"Semoga doa Umi, Abi, Mas, adik-adik dan orang-orang yang mengharapkan kesuksesan Hatif, bisa menambah kekuatan, bi iznillah. Semoga bisa menjadi penjaga Al Qur'an sampai ajal menjemput dan menghadap Allah dengan status ulama yang diridhoi-Nya," balasku, penuh rasa haru.

"Amiin ya robbal 'alamin."

Mungkin kebanyakan kita beranggapan, seorang penghafal Al Qur'an kalau sudah hafal 30 juz, aman.

Bisa jadi kita menyangka, perjuangan beratnya saat menambah hafalan sampai 30 juz telah disetorkan dan lulus saat diuji.

Ternyata tidak begitu. Perjuangan untuk menjaganya supaya benar-benar tidak ada yang lupa, butuh waktu bertahun-tahun dengan kedisiplinan tinggi. Benar, kemampuan manusia berbeda-beda, tapi tetap saja untuk ukuran manusia pada umunya, tugas para hafidz qur'an itu luar biasa. Apalagi hafidz qur'an yang ulama, karena pelajaran tentang ilmu agama, cara mempelajarinya juga dominan dengan cara menghafal. Membosankan banget kan? Wajar kalau Allah begitu memuliakan mereka dan meninggikan derajatnya.

Kalau  Allah saja memuliakan mereka, apakah tidak pantas kalau kita sebagai hamba-Nya juga memuliakan?

Waktu dan hidup mereka sudah dialokasikan untuk menghafal dan menjaga Al Qur'an, yang pada mereka tersandang janji Allah untuk menjamin kemurniannya. Jika tak ada mereka, maka semua kita berdosa. Mereka telah mengambil alih kewajiban kita, karena secara hukum syariat, menghafal Al Qur'an, fardhu kifayah.

Jadi sangat sayang jika waktu mereka tersita untuk mencari penghasilan sekedar memenuhi kebutuhan hidup.

Jika kita tidak bisa melakukan seperti apa yang mereka lakukan, mengapa kita tidak membantunya sebagai bentuk pemuliaan pada mereka? Dengan kemampuan yang ada pada kita? Tidakkah sedikit saja ada keinginan kita andil dalam upaya menjaga Al Qur'an, walau dalam bentuk yang berbeda?

Benar! Sudah ada peningkatan perhatian dan kemudahan untuk mereka, di tahun-tahun belakangan ini, seperti pemberian bea siswa dan kemudahan untuk belajar di beberapa perguruan tinggi. Tetapi, toh hanya beberapa saja dari mereka yang mendapatkannya.

Rumah Tahfidz MHA hadir dengan visi "Memuliakan Penghafal A Qur'an", karena mereka memang layak untuk mendapatkan itu.

Bentuknya, dengan cara menggratiskan biaya pendidikan santri penghafal Al Qur'an dan memberikan imbalan yang layak untuk para ustadz-ustadzah pembimbing.

Dari mana semua itu?

Tentu saja menghimpun dari para muslim yang mendukung visi itu.

#Seri Rumah Tahfidz MHA >7<



No comments:

Post a Comment