Sunday, August 10, 2014

Tinggal Satu

<p>"Umi, tolong handukin," teriak Harish dari depan kamar mandi. Kuhampiri dia sambil membawa handuk.

"Hmm, harumnya, sudah sabunan?"

"Sudah, perut, tangan sama kaki, punggungnya Harish nggak nyampe, nih...nih." jawabnya sambil memperagakan.

"Shampoan?"</p>

"Nih, cium rambut Harish, harumkan?" sambil menyodorkan kepalanya, mendekat ke hidungku.

"Belakangnya kok nggak harum, ya?"

"Soalnya, Harish shampoannya di atas sama di depan aja, susah yang di belakang."

"Sudah sikat gigi?"

"Nih!" hi hi hi lucu, Harish memamerkan giginya yang sebagian ompong.

"Pinter! Anak Umi sudah besar, bisa mandi sendiri, buat susu. makan. main sendiri, tinggal satu yang belum."

"Apa, Mi?" matanya menatapku, menanti jawaban.

"Se...," sengaja kugantung.

"Sekolah, pasti! Harish nggak mau sekolah!"

Hmm, meleset lagi. Setelah libur hari raya ini, kami belum berhasil membujuknya untuk sekolah lagi. Berbagai cara untuk memotivasi sudah kami upayakan, mau tidak mau harus memikirkan alternatif lain, kalau ternyata tahun ini Harish batal sekolah. La la la home schooling kah? Sepertinya itu yang paling logis dan mungkin, untuk Harish yang baru berusia empat tahun lebih.




2 comments: