Tuesday, August 12, 2014

Secuil Kisah Kehidupan

"Singkong, Bu?" sseorang wanita muda menyapa, saat aku menjemur kasur di pagar. Menggendong kantung beras ukuran 25 kg di punggungnya, sambil mendekap anak usia setahunan, di bagian depan.

"Oya, sebentar, Mbak," jawabku, merapikan posisi kasur, agar seimbang. Setelah beres, kuhampiri dia yang telah menurunkan anak dan juga karung bawaannya. Lalu dibongkarnya. Bagian atas ada beberapa ikat daun singkong, bagian bawah ada sebuah golok dan beberapa ikat singkong. Pantas, tampak tidak terlalu berat, karena isinya bukan singkong semua.

"Berapaan, Mbak?"

"Singkong tiga ribuan, daunnya seikat seribu," jawabnya, sambil memegangi anaknya yang coba menjauh.

Kuulurkan uang sepuluh ribuan, setelah kupilih dua ikat singkong dan dua ikat daunnya.

"Kembaliannya ambil aja," kataku, kemungkinan dia tidak ada kembalian, kelihatannya dia baru mengambil singkong itu dari kebun. Dia tertegun, dan lirih mengucapkan terima kasih.

"Bawa minum, Mbak?" tanyaku, sebelum dia menggendong anaknya. Dia menggeleng.

"Tunggu sebentar," kataku, sambil beranjak masuk, mengambil air mineral yang selalu tersedia di ruang tamu. Dia berterima kasih, lalu pergi.

Aku hafal petani sekitar perumahan yang sering menjajakan hasil kebunnya, tapi yang ini belum pernah. Mungkinkah dia istri salah satu petani yang sering lewat sini saat berangkat atau pulang ke lahannya? Ingin aku bertanya tentangnya, kehadirannya menarik untuk diperhatikan. Siapa dia? Tinggal di mana? Bagaimana kondisinya, sepertinya kok berat banget? Apakah sedang ada kesulitan? Apa yang bisa aku bantu? Tapi...ah sudahlah. Namanya hidup, ada pasang, ada surut. Belum tentu juga dia bersedia kuketahui kondsinya. Aku toh sudah menunjukkan sikap baik, siap membantunya. Andai dia butuh bantuan, semoga dia tidak segan menghampiriku.

2 comments: