Sunday, August 31, 2014

Diinfakkan

"Insyaallah, mulai hari ini hape android bukan milik aku lagi, sudah diinfakkan untuk Rumah Tahfidz, bisa dipake Umi untuk BBM-an, Wasapan, blogging, dll. Mohon doa untuk kelancaran rizki penggantinya. Untuk sampai di Lampung, hanya masalah teknis," sebuah pesan dari Hilmy telah dikirim tiga puluh menit lalu. Umi baru saja on line, setelah bangun dari tidur siang yang tak biasa. Kondisi badan yang kurang sehat, membuatnya banyak di tempat tidur.

"Amiin, subhanallah, sudahkah saatnya?" balas Umi, penuh haru. Hape itu tentu sangat dibutuhkannya sebagai seorang karyawan magang dan mahasiswa. Memang sih, masih ada hape lain, tapi tak secanggih android.

"Iya, sudah saatnya. Kebutuhan di sana lebih mendesak daripada aku yang pakai. Kan Umi bisa setiap saat nelpon Hatif," balasnya.

"Ya terserahlah! Sebenarnya yang Umi rasa paling mendesak itu, kamera. Setelah punya kita rusak, Abi dapat pinjeman kamera, sudah seminggu mendokumentasi banyak kegiatan Rumah Tahfidz, tapi nggak bisa dipindahin ke note book Umi. Jadi deh, tertunda. Padahal Umi pengen selalu mengiringi langkah Rumah Tahfidz dengan blogging," balas Umi.

Umi tidak bisa menolak niat baik Hilmy, yang kadang-kadang punya pertimbangan berbeda, sebagai anak muda yang langkah dan pandangannya lumayan luas. Mungkin dia greget membayangkan, bagaimana kalau Umi punya tablet atau android, sedang hanya dari kamar dengan sebuah note book plus modem saja, lumayan produktif dengan tulisan-tulisannya.

Kemarin Rumah Tahfidz hampir mendapatkan infak sebuah mobil melalui Hilmy, tapi setelah ditimbang-timbang, untuk sementara belum bisa menerimanya.
Mengingat unit-unit yang tersebar, kendaraan itu memang sangat dibutuhkan, apalagi kalau perkembangan ke depan lebih baik, dalam artian, peminat yang akan membentuk unit terus bertambah. Sementara ini hanya mengandalkan motor tua Abi, Alhamdulillah, walau tua masih bisa diandalkan.

#Seri Rumah Tahfidz >12<

No comments:

Post a Comment