Wednesday, August 27, 2014

Nenek Qodirun dan Mbah Mun

"Sayang, cucu Nenek nggak ada yang tinggal di sini, padahal pengen banget ada cucu yang ikut menghafal Al Qur'an di Rumah Tahfidz," kata nenek Qodirun saat kami bersilaturahim ke rumahnya, sebelum lebaran kemarin.

"Mudah-mudahan mereka di sana juga rajin mengaji dan menghafal Al Qur'an," hibur Abi.

"Tapi Nenek bolehkan ikut nyumbang di Rumah Tahfidz, walaupun tidak banyak? Nenek niatkan, akan sisihkan rizki untuk mengisi infaq, tapi Abi tolong mampir ke sini tiap bulan ya?"

"Insya Allah. Seberapa pun Nenek sedekah untuk Rumah Tahfidz, insya Allah itu amal sholeh yang pasti akan mendapat imbalan dari Allah, dan itu bagian Nenek dalam upaya memperbanyak penghafal Al Qur'an."

Saat kami berpamitan, Nenek Qodirun menitipkan uang seratus ribu rupiah untuk Rumah Tahfidz.

***

"Mbah ambil pensiunnya dua bulan sekali. Mbah akan sisihkan untuk Rumah Tahfidz, walaupun nggak banyak. Kalau pas lewat sini, mampir ya," kata Mbah Mun, nenek usia 86 tahun itu.

Saat berjumpa dengan orang tua, baik itu orang tua sendiri, saudara maupun orang tua dari teman-teman, kami selalu minta doakan untuk rencana-rencana kebaikan yang akan kami lakukan. Tak ada kejadian tanpa izin Allah, itu sebabnya kami berusaha memperbanyak doa dengan mengajak orang lain. Apa yang kami lakukan tidak hanya mendapatkan doa, tapi juga nasehat dan dukungan dengan berbagai bentuknya.

Para orang tua itu mendukung rencana-rencana kami, karena merasa terwakili. Mereka belum sempat atau belum mampu melakukannya. Kami yakin, ide-ide kami tentang kebaikan, juga merupakan milik mereka-mereka juga, hanya saja tidak semua dipilih Allah untuk merealisasikannya.

Kami yang diberi kesempatan untuk itu, tentu ingin berbagi bahagia dengan mengajak mereka untuk ikut andil di dalamnya, sebagai dan seberapa pun yang mereka mampu berikan. Sama halnya ketika kami diajak untuk mendukung rencana-rencana kebaikan orang lain, tentu sangat bahagia diberi kesempatan.

Hidup ini tak selamanya memikirkan dan memenuhi kebutuhan sendiri. Sunatullahnya manusia, senang bila bisa melakukan kebaikan untuk orang banyak, untuk kemajuan agamanya.

Fastabiqul khairot, berlomba dalam kebaikan, berbeda dengan persaingan bisnis dunia. Kalau kita bisa menang bersama-sama, mengapa mesti menang sendiri?

Bila kekuatan kita kecil, tentunya kurang berarti untuk sebuah kemenangan. Berbeda jika, kekuatan-kekuatan kecil dari banyak orang disinergikan untuk sebuah tujuan, maka dia akan menjadi energi dahsyat untuk menggapai kemenangan bersama.

#Seri Rumah Tahfidz MHA >10<

No comments:

Post a Comment