Sunday, August 31, 2014

Otak Panas

"Waduh, Chie! Gimana ini?" Umi heboh, saat menemui Richie yang sedang membetulkan tali jemuran di samping rumahnya.

"Apa sih, Mi? Pagi-pagi hebring banget gitu?" jawab Richie, menghentikan kegiatannya. Memperhatikan dan menunggu ucapan Umi selanjutnya. Bisa sewot Umi, kalau disambi kerja.

"Otak Umi panasss!"

Mendengar ucapan Umi, Richie beranjak akan masuk rumah,"Sebentar ya, Mi?"

"Heh, mau ke mana?" tanya Umi, heran.

"Ambil telur, mau nitip nyeplok di otak Umi," jawab Richie, menengok Umi.

"Oo, nggak sopan! Umi ngomong serius, malah dicandain," Umi melotot, lucu.

"Lha, Umi ngomongnya hiperbol banget, otak kok panas, memang diapain?" Richie cemberut.

"Semalam baru bisa tidur hampir jam dua. Mau bangun, terus ngetik, takut dimarah Abi."

"Kok dimarah? Memang Abi lagi galak yah?"

"Lha kemarin Umi tepar dua hari, gara-gara kurang tidur. Bukannya lagi galak, tapi itu tanda sayang Abi sama Umi," jawab Umi bangga.

"Cie-cie, Umi akhir-akhir ini pamer kemesraan terus sih? Bikin ngiri Richie aja."

"Sengaja!" jawab Umi, tertawa kecil.

"Terserah Umi deh! Terus, apa yang bikin otak panas?"

"Umi nih kerjaan lagi banyak banget, tapi hawanya pengen nulis terus. Ada kejadian kecil yang terlihat atau terdengar, gatel tangan ini pengen buka laptop. Sepertinya sulit banget dicegah, apa karena gairah yang terlambat hadir yah?"

"Ihh Umi, ngomongin gairah lagi?" kata Richie, tersipu.

"Halah, dasar anak muda, gairah menulis maksud Umi, ngeres amat sih?" giliran Umi yang cemberut.

Ck ck ck ini orang dua, kalau ketemu, ada saja yang bikin salah paham.

"Oo, maaf-maaf, kirain gairah apa gitu?"

"Terus, apa saran Richie? Apa harus Umi lawan keinginan itu? Nggak boleh diikuti?"

"Jangan, Mi! Orang lain aja kesulitan cari ide, lha ini malah ada ide mau dibunuh, sadis tau!"

"Lha terus gimana? Kerjaan lain bisa terbengkalai?"

"Mana yang bisa dikerjakan orang lain, ya didelegasikan. Kalau menulis,nggak semua orang bisa dan senang," saran Richie.

"Gitu, ya? Ibumu mana? Mbakyuku?"

"Lha Umi ke sini cari Richie apa Ibu, sih?"

"Tadi Richie, sekarang Ibu, di mana?"

"Tadi ke warung, belanja."

"Tolong smsin apa telfonin dong?"

"Hapenya ditinggal, memang Umi mau apa, sih?"

"Ya bilangin Ibu, belanjanya dobel, sekalian masak untuk Umi."

"Lha, kok enak tenan?" kata Richie, heran tapi tertawa.

"Katanya delegasikan kerjaan lain, lha Ibu Richie kan nggak senang nulis, senangnya masak. ya sekalian bantu adiknya yang sedang kerepotan ini."

"Bahaya nih, Umi!"

"Bahaya kenapa?"

"Kata Ibu, salah satu faktor yang menyebabkan seorang suami semakin cinta ke istri, lewat masakannya. Gimana nanti kalau cinta Abi pindah ke Ibu Richie, bisa skandal nanti?"

"Halah, ngomong opo! Sekali-kali kan nggak apa-apa, Daripada beli di warung makan, pake penyedap rasa buatan," bantah Umi.

"Lagian, ayam bakar buatan Umi belum ada yang ngalahin lho?"

"Ya jangan ayam bakar, tempe bacem. Kan buatan Ibu Richie uenak tenan."

"Ya terserah Umi deh. Cie-cie yang lagi bergairah," goda Richie. Umi pura-pura nggak mendengar, ditinggalkannya Richie, menuju warung tempat kakaknya biasa belanja.


No comments:

Post a Comment