“Mi, ada ya zina hati?” tanya
Richie.
“
Kok tiba-tiba ngomongin zina hati?
Masalah zina beneran aja banyak?”
“Memang zina hati bohongan?”
“Maksud Umi, zina yang jelas-jelas
hukumnya aja masih merajalela, tidak diberlakukan hukum, kok ngurusin zina
hati?”
“Kok dihukum sih, Mi? Malah dikasih
hadiah tuh.”
“Hah! Hadiah apa?”
“Ya kalau ketahuan zina, apalagi
sampai hamil, kan langsung dinikahkan. Apa nggak enak coba?”
“Wah iya juga, ya? Jangan-jangan itu
salah satu faktor penyebab banyaknya zina? Mau nikah muda dilarang, nah kalau
sudah terjadi, mau nggak mau ya dituruti.”
“Iiih, Umi, suudzon.”
“Nggak suudzon, menganalisa.”
“Halah, gaya,memperhalus bahasa itu.
Padahal substansinya sama,” Richie agak mencibir.
“Iya-iya, maaf.”
“Umi belum jawab, apa itu zina hati.”
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk
setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: Zina mata
dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan
gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Jadi semua kita pernah
melakukannya?”
“Normalnya begitu, maksudnya pada
umumnya.”
“Hukumnya gimana, Mi? Hukumannya
apa?”
“Wah, Umi jangan ditanya yang
dalam-dalam, belum sampai. Umi baru tahu hukuman berzina yang sesungguhnya, itu
lho, yang ada ayatnya di Al Qur’an. Nah kalau zina hati kita patuhi saja ayat
larangan mendekati zina, bereskan.”
“O, jadi zina mata, hati, mulut termasuk hal-hal
yang mendekati zina ya, Mi?”
“Hu um.”
“Umi, kalau....”
“Sudah dulu ya, Chie. Umi masak
dulu, cucian juga belum selesai.”
“Payah Umi, dari tadi online terus,
masak belum beres.”
“He he he, kok Richie yang sewot,
Abi aja selow.”
Umi meninggalkan Richie begitu saja,
ya...mau gimana lagi, diskusi terputus begitu saja.
“Mengecewakan!” gumam Richie.
No comments:
Post a Comment