Wednesday, December 17, 2014

Ka'bah dan Kemiskinan

Terpaksa selesai!

Ha ha ha. Benar! Karena dapat hadiah, maka aku baca buku ini sampai selesai agar bisa mengulasnya.

Jujur! Biasanya kalau membaca buku jenis ini, jarang sampai tuntas! Namanya juga kumcer, kan ceritanya masing-masing, terlepas dari judul satu dan lainnya. Dan paling enak dibawa saat perjalanan. Ketika ada kesempatan, baca satu judul, begitu seterusnya.

Tapi kali ini, aku usahakan menyelesaikannya. Untuk menyenangkan hati sahabat yang ingin aku mengulasnya.

Ok, menurutku, secara kepenulisan buku ini cukup wow! Sulit menemukan kesalahan dalam eyd atau salah ketik, walaupun tetap ada, tapi sedikit sekali.

Judul menarik. Membuat penasaran, apa yang dimaksud dengan melukis ka'bah? Apakah itu sebuah kiasan atau kisah yang dituturkan?

Beragam kisah menarik yang menyadarkan, bahwasanya setiap muslim, secara fitrah memiliki kerinduan menjadi tamu Allah, mengunjungi tanah suci, menatap ka'bah, lambang persatuan hamba Allah. Hanya saja, tidak setiap diri merawat kerinduan itu dengan baik, sehingga rindu itu lenyap tertelan kesibukan dan anggapan ketidakmungkinan.

Membaca kisah-kisah dalam buku ini, di satu sisi mengharukan, tapi di sisi lain memprihatinkan. Mengharukan, tak jarang air mata menitik perlahan, setidaknya menggantung di pelupuk mata. Memposisikan diri sebagai tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.

Prihatin, karena semakin ke belakang semakin tidak mudah mewujudkan cita-cita itu, terutama untuk kalangan tak berpunya yang mayoritas di negeri tercinta ini.

Timbul tanya, mengapa sebuah kewajiban seorang manusia, dalam menyempurnakan kehambaannya terhalang masalah rizki yang tentunya ditentukan juga oleh-Nya? Inikah ma'na keistimewaan rukun kelima sebagai penyempurna kemusliman kita? Haji bagi yang mampu! Ataukah di sini letak nilai seorang hamba untuk mencapai kesempurnaan itu? Menggapai kemampuan?

Wallahu 'alam.

No comments:

Post a Comment