Sunday, December 21, 2014

Hari Ibu

Boleh juga kita sebut Hari Umi, Mama, Bunda, Emak, Simbok atau apapun, sesuai kita biasa memanggil atau dipanggil.

Terlepas dari sejarah, mengapa tanggal 22 Desember yang dijadikan Hari Ibu, kita lebih layak membahas peran penting seorang ibu dalam membangun generasi. Apa pengaruhnya pada kualitas sebuah generasi.

Tanpa bermaksud mengecilkan peran seorang ayah, kita memahami bagaimana arti penting seorang ibu terhadap keberadaan manusia di bumi ini.

Awal kehidupan seorang manusia pasti lewat proses kehamilan dan melahirkan, walaupun dengan cara operasi. Yang bisa hamil dan melahirkan tentulah seorang ibu, bukan ayah.

Idealnya, bayi yang baru lahir mendapatkan makan-minum dari tubuh ibunya, yaitu air susu.

وَوَصَّيْنَاالإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَي وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْلِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيْر(14)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS Luqman : 14)

Sampai di sini, sudah mulai terlihat pengaruh ibu terhadap karakter anaknya, yaitu dari sifat-sifat genetik dan kualitas air susu yang diterimanya.

Pantaslah kalau agama menuntun seorang pria saat memilih, siapa wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya, karena akan menentukan kualitas generasi penerusnya.

Berikutnya adalah proses perawatan dan pengasuhan di awal kehidupan seorang anak. Sekali lagi, idealnya peran ini dilakukan oleh ibu yang melahirkan. Bagaimana kondisi ruhiah dan kelimuan seorang ibu, mempengaruhi pola perawatan dan pengasuhan pada anak, yang tentunya merupakan dasar pembentukan karakter oleh lingkungan. Perlakuan ini termasuk dalam ranah lingkungan yang mempengaruhi karakter manusia.

Konon kabarnya, perlakuan yang diterima anak usia balita, biasa disebut golden age, sangat besar pengaruhnya pada karakter anak yang akan nampak jelas saat dewasanya.  

Mungkin dari sini kita bisa menelusuri, apa penyebab hebatnya sebuah generasi atau justru kerusakannya. Kita bisa mencari tahu, saat generasi itu berusia balita, bagaimana kondisi ibu-ibu mereka?

Menjadi ibu berkualitas tentu tidak mudah. Tak akan sukses seorang ibu menjalankan perannya tanpa kesabaran. Tetapi wajarlah, karena imbalannya juga istimewa.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar 39:10)  
 “Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”. (QS. Al Furqaan 25:75)
Jadi?

Wahai Ibu, mana yang lebih engkau suka? Putra-putrimu mengucapkan selamat hari ibu setahun sekali ataukah mereka melafalkan,"Allahummaghfirli waliwaalidayya warhamhuma kamaa robbayaani soghiiro," sehari minimal lima kali tanpa sepengetahuanmu?

No comments:

Post a Comment