“Mi, tolong smsin beli pulsa
elektrik dong, nggak cukup lagi mau sms,” pinta Richie.
“Berapa?” tanya Umi, menggapai hp di
meja.
“Dua puluh aja, ikhlas kan, Mi?”
“Ikhlas. Sudah masuk belum?”
“Sudah, makasih ya, Mi. Richie
pulang dulu.” Richie bangkit, meninggalkan Umi yang sempat bengong.
“Woi! Mana duit pulsanya?” tanya
Umi.
“Lho, katanya Umi ikhlas?” kata,
Richie, mengurungkan niatnya.
“Maksudny gratis, gitu?”
“Lho, memang salah?” Richie kembali
duduk, siap mendengar penjelasan Umi, atau...omelan?
“Hmm, sering terjadi salah kaprah
dalam memahami istilah, contohnya ya ini. Kata ikhlas yang memiliki makna luar
biasa difahami hanya sebatas gratis, untuk mendapatkan keuntungan yang tidak
seberapa.”
“Ngomelnya sudah, Mi. Sekarang
penjelasannya,” Richie memangkas, supaya nggak kepanjangan.
“Sudah paham makna ikhlas?” tanya
Umi.
“Lha, itu tadi pemahaman Richie
tentang ikhlas, kata Umi salah, jadi yang bener gimana?”
“Hafal surat Al Ikhlas?”
“Idih! Jangan ngeremehin Richie
dong. Dari TK sudah hafal, itu kan surat favorit untuk shalat.”
“Hafal terjemahannya?”
“Mmm, sepertinya hafal, tapi nggak
yakin juga sih.”
“Coba, apa terjemahannya.”
“Umi,kok seperti ujian lisan, sih?
Ok.
“Wes tho, jawab aja.”
“Demi masa. Sesungguhnya, manusia
berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran.”
Umi senyum-senyum mendengarkan
jawaban Richie.
“Kok senyum-senyum sih, Mi?” Richie jadi ragu dengan jawabannya.
“Yakin itu artinya?”
“Salah ya, Mi?”
“Eh, jangan-jangan ... coba bacakan
dulu surat Al Ikhlas.”
“A’udzubillahiminasysyaithoonirrojim.
Bismillahirrohmaanirrohiim. Qulhuwallaahu ahad.
Allaahushshomad. Lamyalid
walamyuulad. Walam yakullahu kufuwan ahad.”
“Ayatnya benar. Coba, ahad artinya
apa?”
“Satu atau Esa.”
“Tadi diterjemahannya ada kata-kata
esa nggak?”
Richie mengingat-ingat jawabannya
tadi.
“Hah! Nggak ada, Mi? Wah, salah
pasang rupanyaaaaa, itu tadi terjemahan surat Al ‘Asr. Maklum sih, Mi. Soalnya
Al Ikhlas dan Al ‘Asr itu surat favorit Richie,” jawab Richie, cemberut.
“Seperi Hafa waktu TK, mau makan
baca doa mau masuk WC.”
“Ha ha ha, jauh banget,” Richie
terpingkal, membayangkan hubungan antara makan dan WC, tapi segera menunduk
sedih saat ingat, bahwa yang baru saja terjadi nggak jauh beda dengan yang
ditertawakannya.
“Sudah ingat terjemahan surat Al
Ikhlas?”
“Sudah, Mi. Katakanlah (Muhammad),
Dialah Allah yang Maha Esa. Allah tempat meminta/ bergantung segala sesuatu.
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang
setara dengan Dia.”
“Pinter! Jadi sudah paham yang
dimaksud ikhlas?” tanya Umi.
“Belum,” jawab Richie, ringan.
“Ikhlas itu artinya bersih, murni,
kaitannya dengan tauhid. Tidak ada yang disembah selain Allah, termasuk tidak
ada yang dituju selain Allah. Jadi apapun laku kita, harus tertuju pada Allah
dan mengharap balasan dari Allah.”
“Tapi yang sering terdengar, ikhlas
dengan konotasi gratis. Misalnya, nggak bisa bayar hutang, kan
ngomngnya,’tolong ikhlasin ya? Gitu.”
“Segala sesuatu ada tempatnya.
Hutang piutang ada aturannya, pinjam meminjam, saling memberi, semua ada
tuntunannya. Contoh, ketika kita berbuat baik pada orang lain, mengharap yang
bersangkutan membalas kebaikan kita, itu artinya nggak ikhlas. Yang benar, kita
yakin bahwa berbuat baik itu hal yang diperintahkan Allah dan akan diberi
balasan, maka berharap balasan kepada Allah, dari arah mana saja, nggak harus
dari orang yang bersangkutan. itu nggak
salah, itu ikhlas.”
“Jadi kalau orang berbuat baik pada
kita, nggak usah mikirin bagaimana cara membalasnya, ya? Kan dia sudah diberi
balasan oleh Allah?”
“Nah, itu lain lagi bahasannya. Itu
masuk bab bersyukur dan berterima kasih, Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam
mengajarkan, balaslah kebaikan orang dengan yang lebih baik, minimal yang sama.
Kalau bisa. Kalau nggak bisa, setidaknya mengucapkan terimakasih dan menunjukkan
rasa senang dengan kebaikannya.”
“Kok sepertinya nggak konsisten
gitu, Mi?” tanya Richie, ragu.
“Bukan nggak konsisten, di situlah
indahnya Islam. Ada keseimbangan hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Belum semua manusia hubungan dengan Allahnya baik, nah untuk menghadapi orang
yang masih berharap ucapan terimakasih, mengharap balasan, kita tetap menjaga
hubungan baik itu. Bukan kesalahan kan membahagiakan orang lain?”
“Iiiih, baik betul hati kita kalau
bisa seperti itu?”
“Baik dan menenangkan.”
“Tapi sepertinya nggak mudah ya,
Mi?”
“Minta tolong Allah supaya kita bisa
mencapainya, dan godaan itu selalu ada dalam perjalanannya.”
No comments:
Post a Comment