Sunday, December 7, 2014

Ikhlas = Gratis?

“Mi, tolong smsin beli pulsa elektrik dong, nggak cukup lagi mau sms,” pinta Richie.

“Berapa?” tanya Umi, menggapai hp di meja.

“Dua puluh aja, ikhlas kan, Mi?”

“Ikhlas. Sudah masuk belum?”

“Sudah, makasih ya, Mi. Richie pulang dulu.” Richie bangkit, meninggalkan Umi yang sempat bengong.

“Woi! Mana duit pulsanya?” tanya Umi.

“Lho, katanya Umi ikhlas?” kata, Richie, mengurungkan niatnya.

“Maksudny gratis, gitu?”

“Lho, memang salah?” Richie kembali duduk, siap mendengar penjelasan Umi, atau...omelan?

“Hmm, sering terjadi salah kaprah dalam memahami istilah, contohnya ya ini. Kata ikhlas yang memiliki makna luar biasa difahami hanya sebatas gratis, untuk mendapatkan keuntungan yang tidak seberapa.”

“Ngomelnya sudah, Mi. Sekarang penjelasannya,” Richie memangkas, supaya nggak kepanjangan.

“Sudah paham makna ikhlas?” tanya Umi.

“Lha, itu tadi pemahaman Richie tentang ikhlas, kata Umi salah, jadi yang bener gimana?”

“Hafal surat Al Ikhlas?”

“Idih! Jangan ngeremehin Richie dong. Dari TK sudah hafal, itu kan surat favorit untuk shalat.”

“Hafal terjemahannya?”

“Mmm, sepertinya hafal, tapi nggak yakin juga sih.”

“Coba, apa terjemahannya.”

“Umi,kok seperti ujian lisan, sih? Ok.

“Wes tho, jawab aja.”

“Demi masa. Sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”

Umi senyum-senyum mendengarkan jawaban Richie.

“Kok senyum-senyum  sih, Mi?” Richie jadi ragu dengan jawabannya.

“Yakin itu artinya?”

“Salah ya, Mi?”

“Eh, jangan-jangan ... coba bacakan dulu surat Al Ikhlas.”

“A’udzubillahiminasysyaithoonirrojim. Bismillahirrohmaanirrohiim. Qulhuwallaahu ahad. 
Allaahushshomad. Lamyalid walamyuulad. Walam yakullahu kufuwan ahad.”

“Ayatnya benar. Coba, ahad artinya apa?”

“Satu atau Esa.”

“Tadi diterjemahannya ada kata-kata esa nggak?”

Richie mengingat-ingat jawabannya tadi.

“Hah! Nggak ada, Mi? Wah, salah pasang rupanyaaaaa, itu tadi terjemahan surat Al ‘Asr. Maklum sih, Mi. Soalnya Al Ikhlas dan Al ‘Asr itu surat favorit Richie,” jawab Richie, cemberut.

“Seperi Hafa waktu TK, mau makan baca doa mau masuk WC.”

“Ha ha ha, jauh banget,” Richie terpingkal, membayangkan hubungan antara makan dan WC, tapi segera menunduk sedih saat ingat, bahwa yang baru saja terjadi nggak jauh beda dengan yang ditertawakannya.

“Sudah ingat terjemahan surat Al Ikhlas?”

“Sudah, Mi. Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah yang Maha Esa. Allah tempat meminta/ bergantung segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

“Pinter! Jadi sudah paham yang dimaksud ikhlas?” tanya Umi.

“Belum,” jawab Richie, ringan.

“Ikhlas itu artinya bersih, murni, kaitannya dengan tauhid. Tidak ada yang disembah selain Allah, termasuk tidak ada yang dituju selain Allah. Jadi apapun laku kita, harus tertuju pada Allah dan mengharap balasan dari Allah.”

“Tapi yang sering terdengar, ikhlas dengan konotasi gratis. Misalnya, nggak bisa bayar hutang, kan ngomngnya,’tolong ikhlasin ya? Gitu.”

“Segala sesuatu ada tempatnya. Hutang piutang ada aturannya, pinjam meminjam, saling memberi, semua ada tuntunannya. Contoh, ketika kita berbuat baik pada orang lain, mengharap yang bersangkutan membalas kebaikan kita, itu artinya nggak ikhlas. Yang benar, kita yakin bahwa berbuat baik itu hal yang diperintahkan Allah dan akan diberi balasan, maka berharap balasan kepada Allah, dari arah mana saja, nggak harus dari orang yang bersangkutan.  itu nggak salah, itu ikhlas.”

“Jadi kalau orang berbuat baik pada kita, nggak usah mikirin bagaimana cara membalasnya, ya? Kan dia sudah diberi balasan oleh Allah?”

“Nah, itu lain lagi bahasannya. Itu masuk bab bersyukur dan berterima kasih, Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam mengajarkan, balaslah kebaikan orang dengan yang lebih baik, minimal yang sama. Kalau bisa. Kalau nggak bisa, setidaknya mengucapkan terimakasih dan menunjukkan rasa senang dengan kebaikannya.”

“Kok sepertinya nggak konsisten gitu, Mi?” tanya Richie, ragu.

“Bukan nggak konsisten, di situlah indahnya Islam. Ada keseimbangan hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia. Belum semua manusia hubungan dengan Allahnya baik, nah untuk menghadapi orang yang masih berharap ucapan terimakasih, mengharap balasan, kita tetap menjaga hubungan baik itu. Bukan kesalahan kan membahagiakan orang lain?”

“Iiiih, baik betul hati kita kalau bisa seperti itu?”

“Baik dan menenangkan.”

“Tapi sepertinya nggak mudah ya, Mi?”

“Minta tolong Allah supaya kita bisa mencapainya, dan godaan itu selalu ada dalam perjalanannya.”



No comments:

Post a Comment