Saturday, December 6, 2014

Paling Baik Akhlaknya

“Mi, siapa manusia yang paling baik akhlaknya?” tanya Richie

“Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasalam.”

“Kalau itu tahu, Mi.”

“Sudah tahu, kok nanya?”

“Maksudnya orang yang seperti apa, iiih, jadi bingung nanyanya?”

“Yang nanya bingung, gimana yang jawab?”

“Kalau nggak salah ingat, pernah dengar tentang orang yang paling baik akhlaknya pada keluarganya...apaaa gitu?”

“o, maksudnya sebuah hadist ya?”

“Mungkin, pokoknya tanda kebaikannya ya pada akhlaknya pada keluarga.”

“Nih Umi copasin ya : ‘Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.’ [H.R. Tirmidzi dan beliau mengomentari bahwa hadits ini hasan gharib sahih. Ibnu Hibban dan Al-Albani menilai hadits tersebut sahih].”

“Eh, Umi doyan copas juga rupanya?” kata Richie, meledek.

“Lebih baik copas, daripada salah menjelaskan urusan agama.”

“Kenapa indikatornya pada keluarga ya, Mi?”

“Namanya keluarga, terutama suami-istri, diibaratkan sebagai pakaian, nggak ada lagi yang bisa disembunyikan. Kalau dengan selain keluarga kan masih bisa jaim.”

“Nah kalau ketemu yang dengan orang lain saja tidak jaim, marah-marah, ngomong kasar, gimana dengan keluarganya ya?”

“Itu logika sederhananya, tapi kita kan nggak tahu yang sebenarnya? Kecuali itu kita sendiri atau keluarga kita, kalau orang lain, no komen deh.”

“Kalau Umi?”

“Apanya?

“Ya Umi, dengan Richie yang keponakan saja suka sewot, gimana kalau ngadepin Harish ya?”jawab Richie, cengar-cengir.


Umi hanya melotot sebel, tapi kok...sepertinya ya nggak salah-salah amat, ya?

2 comments:

  1. Syukran postingannnya...Sederhana tapi bermakna untuk keluarga ya...
    Mari silaturahmi di blog anak Komunitas Bisa Menulis

    www.cahayapena.com

    ReplyDelete