“Mi, siapa manusia yang paling baik
akhlaknya?” tanya Richie
“Nabi Muhammad shalallahu’alaihi
wasalam.”
“Kalau itu tahu, Mi.”
“Sudah tahu, kok nanya?”
“Maksudnya orang yang seperti apa,
iiih, jadi bingung nanyanya?”
“Yang nanya bingung, gimana yang
jawab?”
“Kalau nggak salah ingat, pernah
dengar tentang orang yang paling baik akhlaknya pada keluarganya...apaaa gitu?”
“o, maksudnya sebuah hadist ya?”
“Mungkin, pokoknya tanda kebaikannya
ya pada akhlaknya pada keluarga.”
“Nih Umi copasin ya : ‘Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.’ [H.R. Tirmidzi dan beliau mengomentari bahwa hadits ini hasan gharib sahih. Ibnu Hibban dan Al-Albani menilai hadits tersebut sahih].”
“Eh,
Umi doyan copas juga rupanya?” kata Richie, meledek.
“Lebih
baik copas, daripada salah menjelaskan urusan agama.”
“Kenapa indikatornya pada keluarga
ya, Mi?”
“Namanya keluarga, terutama
suami-istri, diibaratkan sebagai pakaian, nggak ada lagi yang bisa
disembunyikan. Kalau dengan selain keluarga kan masih bisa jaim.”
“Nah kalau ketemu yang dengan orang
lain saja tidak jaim, marah-marah, ngomong kasar, gimana dengan keluarganya ya?”
“Itu logika sederhananya, tapi kita kan nggak tahu yang sebenarnya? Kecuali itu kita sendiri atau keluarga kita,
kalau orang lain, no komen deh.”
“Kalau Umi?”
“Apanya?
“Ya Umi, dengan Richie yang
keponakan saja suka sewot, gimana kalau ngadepin Harish ya?”jawab Richie,
cengar-cengir.
Umi hanya melotot sebel, tapi
kok...sepertinya ya nggak salah-salah amat, ya?
Syukran postingannnya...Sederhana tapi bermakna untuk keluarga ya...
ReplyDeleteMari silaturahmi di blog anak Komunitas Bisa Menulis
www.cahayapena.com
Alhamdulillah, semoga bermanfaat
Delete