Saturday, December 13, 2014

Hubungan Iman-Akhlak

“Mi, ada hubungan nggak, antara iman dan akhlak?” tanya Richie.

“Ada.”

“Hubungannya giman, Mi?”

“Baik-baik aja,” jawab Umi, sambil melanjutkan ketikannya. Richie memperhatikan Umi yang pura-pura sibuk.

“Mi, Richie pulang, ya?” katanya lirih.

Umi mendongak, memandang wajah Richie, yang kelihatan minta ditahan niatnya.

“He em, boleh,” jawab Umi, sambil senyum dikulum.

“Umiiii...” Ha ha ha, Richie kesel dicuekin.

“Lho, katanya mau pulang, Umi kan nggak bisa menghalangi?”

“Katanya pengen Richie tambah paham agama, giliran nanya dicuekin.”  Keluhnya, cemberut.

“Ha ha ha, baru digituin, ngambek. Nggak keren blas jadi cowok, ih!”

“Di depan Umi nggak perlu keren, yang penting Umi jawab setiap pertanyaan Richie.”

“Oke cowok butut.”

“Umiii...”

“Iya-iya, Nih Umi jawab. Akhlak bisa dikatakan pencerminan tingkat keimanan seseorang, karena akhlak adalah tingkah laku manusia yang diridhoi Sang Khaliq.”

“Jadi kalau orang yang suka menyakiti hati orang lain itu, imannya kurang bagus, ya?”

“Tergantung. Jika yang membuat orang sakit hati itu sesuatu yang diridhoi Allah, maka akhlaknya baik, karena ukurannya adalah apa yang diridhoi Allah, bukan manusia. Orang sakit hati biasanya karena sesuatu yang tidak diridhoinya, sedangkan keridhoan manusia itu relatif.”

“Apa akhlak itu hanya terbatas tingkah laku manusia kepada manusia?”

“Oo, nggih mboten! Ada akhlak kepada Allah, Rasul, diri sendiri, sesama manusia dan kepada alam.”

“Kasih contoh, dong, Mi. Jangan pelit-pelitlah, semakin banyak ilmu yang Umi jelasin ke Richie, semakin banyak pahala yang Umi dapat, kan?”

“Aamiin. Contoh akhlak kepada Allah, sami’na wa atho’na, kami dengar dan kami taat, saat berurusan dengan aturan-aturan Allah. Mengikuti Rasulullah dalam beribadah. Memenuhi hak-hak diri sendiri dan orang lain serta mengelola alam sesuai dengan aturan Allah.”

“Singkat, padat, jelas, tapi...kurang.”

“Sudah dulu ya, insyaallah nanti atau besok Umi jelaskan tentang Teori I-I-A.”

“Apa itu, Mi?”

“Kan kata Umi nanti atau besok, kalau nggak lupa, kalau nggak malas, insyaallah.”


“Iiiih, nggak sabar deh.”   

No comments:

Post a Comment