“Mi, ada hubungan nggak, antara iman
dan akhlak?” tanya Richie.
“Ada.”
“Hubungannya giman, Mi?”
“Baik-baik aja,” jawab Umi, sambil
melanjutkan ketikannya. Richie memperhatikan Umi yang pura-pura sibuk.
“Mi, Richie pulang, ya?” katanya
lirih.
Umi mendongak, memandang wajah
Richie, yang kelihatan minta ditahan niatnya.
“He em, boleh,” jawab Umi, sambil
senyum dikulum.
“Umiiii...” Ha ha ha, Richie kesel
dicuekin.
“Lho, katanya mau pulang, Umi kan
nggak bisa menghalangi?”
“Katanya pengen Richie tambah paham
agama, giliran nanya dicuekin.” Keluhnya,
cemberut.
“Ha ha ha, baru digituin, ngambek.
Nggak keren blas jadi cowok, ih!”
“Di depan Umi nggak perlu keren,
yang penting Umi jawab setiap pertanyaan Richie.”
“Oke cowok butut.”
“Umiii...”
“Iya-iya, Nih Umi jawab. Akhlak bisa
dikatakan pencerminan tingkat keimanan seseorang, karena akhlak adalah tingkah
laku manusia yang diridhoi Sang Khaliq.”
“Jadi kalau orang yang suka
menyakiti hati orang lain itu, imannya kurang bagus, ya?”
“Tergantung. Jika yang membuat orang
sakit hati itu sesuatu yang diridhoi Allah, maka akhlaknya baik, karena
ukurannya adalah apa yang diridhoi Allah, bukan manusia. Orang sakit hati
biasanya karena sesuatu yang tidak diridhoinya, sedangkan keridhoan manusia itu
relatif.”
“Apa akhlak itu hanya terbatas
tingkah laku manusia kepada manusia?”
“Oo, nggih mboten! Ada akhlak kepada
Allah, Rasul, diri sendiri, sesama manusia dan kepada alam.”
“Kasih contoh, dong, Mi. Jangan
pelit-pelitlah, semakin banyak ilmu yang Umi jelasin ke Richie, semakin banyak
pahala yang Umi dapat, kan?”
“Aamiin. Contoh akhlak kepada Allah,
sami’na wa atho’na, kami dengar dan kami taat, saat berurusan dengan
aturan-aturan Allah. Mengikuti Rasulullah dalam beribadah. Memenuhi hak-hak
diri sendiri dan orang lain serta mengelola alam sesuai dengan aturan Allah.”
“Singkat, padat, jelas,
tapi...kurang.”
“Sudah dulu ya, insyaallah nanti
atau besok Umi jelaskan tentang Teori I-I-A.”
“Apa itu, Mi?”
“Kan kata Umi nanti atau besok,
kalau nggak lupa, kalau nggak malas, insyaallah.”
“Iiiih, nggak sabar deh.”
No comments:
Post a Comment