Tuesday, December 16, 2014

Pemaksaan

Umi : Hafa, sudah sholat?

Hafa : Belum, Mi.

Umi : Sholat dulu!

Hafa : Ya, Mi.

Beberapa menit kemudian, suaranya masih menunjukkan aktivitas yang sama.

Umi : Hafa, sudah sholat?

Hafa : Iya, Mi, iya.

Umi tidak memperhatikan, apakah Hafa langsung bangkit untuk berwudhu, atau belum. Sepuluh menit kemudian.

Umi : Hafaaa!

Hafa : Yaa, Mi

Umi : Sudah sholat?

Hafa : He he he, lupa.

Dengan wajah yang tidak ramah, Umi bangkit dari duduknya.

Umi : Sekarang sholat.

Umi memperhatikan Hafa yang kemudian ke kamar mandi, berwudhu. Masih dengan tatapan yang sama, diikutinya Hafa yang pergi ke tempat shalat, memakai mukena dan takbiratul Ihram, baru Umi meninggalkannya.

Umi memaksa Hafa shalat, kan? Ya, benar! Kalau tidak dipaksa, sangat mungkin dia tidak mengerjakan shalat. Memang dia tidak berdosa, karena belum baligh, tetapi pembiasaan dan pemaksaan itu merupakan hal yang harus diterimanya. Jika dia tidak terbiasa sejak kecil, maka saat usianya sudah baligh, biasanya lebih terasa berat lagi mengerjakan shalat Lebih baik dibiasakan dan "dipaksa" sejak kecil agar saat dewasa kalau harus "terpaksa" shalat, bisa mengatasinya sendiri. Jujur! Pernah malas shalat kan? Kalau sudah baligh malas shalat, lalu tidak mengerjakan shalat, maka hukumnya dosa!

Ini bukti bahwa tidak selamanya "paksaan" itu buruk.

No comments:

Post a Comment