Saturday, December 20, 2014

Tidak Perlu Yakin

Yakin = sungguh percaya, (merasa) pasti, tidak salah lagi.

Dua tahuanan memasuki dan bergaul di medsos, memberikan pengalaman baru terkait masalah kepercayaan kepada manusia.

Di awal, begitu polosnya menyikapi pergaulan di dalamnya layaknya pertemanan di komplek perumahan atau komunitas pengajian.

Merasa dekat dengan seseorang yang memiliki kelebihan tertentu dalam kesamaan hobi. Saling tukar informasi dan motivasi.

Sampai suatu saat terjadi, dia mengeluarkan jurus sakti, saat tak sengaja membahas sebuah perbedaan pandangan mengamati situasi yang berkembang.

Syok!

Jantung bergemuruh membaca postingan maupun komentar-komentarnya. Badan langsung lunglai teronggok di hadapan laptop. Butuh beberapa menit untuk menenangkan diri agar tidak terpancing menanggapi komentar yang seakan membakar harga diri sebagai orang yang berumur jauh di atasnya.
Apa yang harus kulakukan? Bukan sekedar mengikuti emosi dan menyelamatkan harga diri, tapi bisa memberi manfaat pada orang lain?

Yups!

Untungnya jadi penulis, walau pemula dan masih belajar, yang jelas bisa mengungkapkan dalam tulisan.

Aku buat postingan yang tidak memojokkan tapi meluruskan. Tujuan utama adalah mengobati hati sendiri, syukur-syukur yang bersangkutan menangkap sinyal dan pesannya. Selain itu, berharap pembaca lain mendapat pelajaran. Dengan begitu perang komentar pedas bisa dihindarkan, permusuhan tak terjadi, pertemanan tetap berlangsung, hingga kini. Juga melatih kesabaran, serta sedikit tambahan ilmu berdiplomasi.

Ada juga yang lain.

Membaca postingan-postingannya, lumayan sarat ilmu. Terlepas orisinil karyanya atau hasil copas, yang jelas ada ilmu yang bisa diambil. Anehnya, saat inbox tak semanis ilmu yang ditebarkannya. Tapi biarlah, dia  tetap salah satu teman yang mungkin sedang butuh perhatian. Selagi masih bisa ditolerir, maka pertemanan boleh diteruskan. Pepatah bijak mengatakan,"Perhatikan apa yang diucapkannya, bukan siapa yang mengatakannya."

Bagaimana dengan photo profil?

Nah! Ini lebih membimbangkan lagi. Aslinya yang mana, sih?

Kesimpulan sementara, di sosmed kita boleh percaya pada seseorang dengan tingkatan tertentu, sesuai dengan intensitas interaksi yang terjalin. Cukup percaya, tidak perlu yakin. Karena kita manusia dengan keterbatasan ilmu.




No comments:

Post a Comment