Wednesday, December 24, 2014

Keteladanan

"Umi, hafidzoh, ya?" tanya seorang peserta seminar yang duduk di sebelahku.

Aku menggeleng.

"Kok anak Umi sudah hafidz, dua malah?" lanjutnya.

"Apa orang tua seorang hafidz selalu hafidz atau hafidzoh juga?" aku balik bertanya.

"Kata ustadzah tadi, kalau kita mengharapkan anak-anak kita hafidz Qur'an, kita sebagai orang tua harus memberi contoh."

"Benar! Keteladanan adalah metode yang paling efektif dalam pendidikan. Tapi, mungkin kita berfikirnya nggak saklek, misalnya kalau mau anaknya hafidz kita sebagai orang tua harus hafidz dulu. Apa seorang dokter harus anak dokter? Kalau berfikirnya seperti itu, sulit terjadi perubahan. Yang orang tuanya nggak sekolah, anaknya nggak sekolah juga? Bukankah anak seharusnya lebih baik dari orang tuanya?"

"Iya juga, Mi.  Tadi sempat pesimis mau punya anak hafidz, sedang saya masih sulit menghafal, terlalu banyak kendala," jelasnya.

"Mendengar pandangan orang berilmu itu perlu, tapi kita harus berfikir luas saat menerimanya. Kita perhatikan, beliau bicara dalam konteks apa, supaya tidak salah mengambil kesimpulan, apalagi kalau sampai menyurutkan semangat ingin maju."

"Maksudnya, Mi?" ibu muda itu serius mendengar penjelasanku.

"Ustadzah tadi sedang membicarakan bagaimana mendidik anak, salah satunya dengan keteladanan. Tapi keteladan ini lebih pada menjalankan prosesnya, bukan hasilnya. Seorang ibu yang mengharapkan anaknya dekat dengan Al Qur'an, apalagi sampai menjadi penghafal, tentu sangat efektif dalam memotivasinya kalau sianak melihat orang tuanya nyata-nyata menjadi orang yang selalu dekat Al Qur'an, bukan hanya menuntut anak."

"Jadi nggak salah kan, Mi, kita menggantung harap, supaya anak menjadi hafidz walaupun orang tuanya belum?"

"Gantungkan harap setinggi mungkin, mimpi sehebat mungkin, ikhtiar segigih mungkin, doa sekhusyu mungkin, lalu tawakal tentang hasilnya pada Yang Maha Berkehendak."

"Iya, ya, Umi sudah membuktikannya," katanya lirih.

"Umi lebih suka menanamkan konsep menjadi generasi pemutus untuk anak-anak."

"Maksudnya, Mi?"

"Konsep ini pernah Umi tulis di blog http://nenysuswati.blogspot.com/2013/09/jadilah-generasi-pemutus.html"

No comments:

Post a Comment